a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Genjot Kinerja, INCO Gandeng Perusahaan China Garap Smelter

Ipotnews - Demi mendongkrak kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO
) akan menggandeng perusahaan China untuk membangun pemurnian nikel (smelter).
Proses negosiasi yang dilakukan antara INCOdan mitra asal China guna menjajaki kerja sama pembangunan pemurnian nikel (smelter) di Bahodopi, Sulawesi Tengah hingga kini terus berjalan.


Menurut Direktur INCO, Febriany Eddy, proses negoisasi sudah pada tahap final. "Smelter di Bahodopi mitranya sudah ada, tapi belum bisa diumumkan, karena masih tahap final negoisasi, tak etis kalo saya jelaskan sekarang. Kalau nanti sudah selesai tanda tangan pasti kita umumkan bahkan kita undang ke Indonesia," ungkapnya seperti dikutip Investor Daily, di Jakarta, baru-baru ini.


Adapun negosiasi tersebut direncakanan tuntas akhir tahun ini. jika negosiasi lancar, smelter Bahodopi dapat beroperasi tahun depan.
Smelter Bahodopi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace ( RKEF ) namun dengan emisi yang lebih rendah.


Perseroan sebelumnya telah menjajaki kerja sama dengan perusahaan sektor pertambangan asal Jepang, Sumitomo, untuk pembangunan smelter di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini negosiasi dengan Sumitomo sudah memasuki tahap proses finalisation commercial negoitation . Sementara negosiasi berlangsung perijinannya juga sedang disiapkan.


"Karena perijinannya cukup banyak kalo HPAL . Saat ini kita sedang proses ijin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), jika lancar kuartal III sudah selesai proses ijinnya," ungkap Febriany.


Adapun, pembiayaan smelter Pomalaa sebesar 51% akan dibiayai oleh Sumitomo. Sebab teknologi pengolahan semua dimiliki oleh perusahaan Jepang itu. Sementara untuk sisanya, perseroan telah menyiapkan berbagai mekanisme pembiayaan.
Hingga kini proses divestasi, masih menunggu keputusan valuasi tim internal pemerintah. Namun, proses valuasi yang sedang berlangsung tidak menghambat proses negosiasi dengan partner. "Divestasi bagian dari kewajiban, tapi memang perlu kepastian, namun tak menghambat negosiasi dengan partner," papar Febriany.
Hingga kuartal II/2019, INCO

sudah merealisasikan belanja modal ( capital expenditure/capex ) sebesar US$ 42,2 juta, atau mencapai 25,5% dari total belanja modal tahun ini yang mencapai US$ 165 juta. Adapun sumber dari belanja modal tersebut adalah dari kas perseroan yang mencapai US$ 111,9 juta pada periode Juni 2019 . Nilai tersebut menurun dibandingkan periode Maret 2019 yang mencapai US$ 219,4 juta.


Perseroan berencana mengalokasikan belanja modal tersebut digunakan untuk produksi nikel. Sampai kuartal II-2019, perseroan membukukan produksi nikel dalam matte sebesar 17.631 mt, dan penjualan sebesar US$ 165,8 juta. lebih tinggi sekitar 35% dibandingkan produksi pada kuartal I-2019.(winardi)