Genjot Mobil Listrik & 31 Smelter, Cadangan Nikel RI Cukup?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (Kementrian ESDM) memproyeksikan terdapat 31 smelter nikel yang beroperasi hingga tahun 2022.
Proyeksi ini di dorong karena ada pemberian insentif dan larangan ekspor nikel yang dipercepat. Ditambah, melalui proyek smelter berbasis tekhnologi hydrometalurgi diharapkan Indonesia juga bisa menjadi tuan rumah pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik.
Dengan segala target yang menumpuk tersebut, cukupkah cadangan nikel RI untuk memasok 31 smelter dan bahan baku mobil listrik ke depan?
Kepala Subdirektorat Pengawasan Usaha Eksplorasi Mineral Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM Andri Budhiman Firmanto mengatakan hitungan ESDM, sumber daya nikel pasca-2022 bisa sampai 42 tahun ke depan. Tapi, dengan catatan masih membutuhkan eksplorasi.
"Faktanya, cadangan kita itu ada terkira dan terbukti. Terbuktinya 698 juta ton bijih dan terkiranya 2,8 miliar ton. Berdasakan hitungan, jika dengan andalkan cadangan terbukti maka kebutuhan smelter di dalam negeri hanya bisa dipenuhi untuk 7,3 tahun,"ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan negara maju pada tahun 2025 akan menggunakan kendaraan listrik sampai 20 persen. Di mana 40 persen biayanya adalah baterai. Ini menjadi potensi karena bahan baku nikelnya ada di Indonesia.
"Tekhnologinya belum ada dulu, sekarang akan mudah mengolah di dalam negeri sehingga nilai tambangnya akan banyak," imbuhnya.
Tantangannya saat ini yakni konsisten dalam mendukung investasi. Lalu untuk energi adalah tantangan cadangan untuk bisa melakukan eksplorasi. Kemudian pertemuan penjual dan pembeli, karena pasokan bahan baku juga ada. "Harga memang tertekan di domestik, lalu kita tetapkan formula harganya," jelasnya.
Sementara Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasali menyampaikan hal yang berbeda dengan Andri. Jika Andri mengatakan cadangan bisa bertahan dalam waktu 7,3 tahun, menurutnya bahkan bisa bertahan hingga 12 tahun. Namun butuh usaha dan dana untuk eksplorasi baik yang belum pernah di jamah seperti hutan lindung. "Perlu biaya dan effort yang besar," jelasnya.