Harga Emas Dunia Naik, Antam Justru Melorot Rp7.000 per Gram
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam berada di posisi Rp762 ribu per gram pada Kamis (26/9). Posisi ini melorot Rp7.000 dari Rp769 ribu per gram pada Rabu (25/9). Sementara, harga pembelian kembali (buyback) anjlok Rp8.000 dari Rp693 ribu ke Rp685 ribu per gram pada hari ini.
Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp405,5 ribu, 2 gram Rp1,47 juta, 3 gram Rp2,18 juta, 5 gram Rp3,63 juta, 10 gram Rp7,19 juta, 25 gram Rp17,88 juta, dan 50 gram Rp36,68 juta. Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp71,3 juta, 250 gram Rp178 juta, 500 gram Rp357,3 juta, dan 1 kilogram Rp711,6 juta.
Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.
Sementara, harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.515,5 per troy ons atau menguat 0,21 persen. Begitu pula dengan harga emas di perdagangan spot naik 0,28 persen ke US$1.508,24 per troy ons.
Analis sekaligus Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas di pasar internasional akan menguat pada hari ini berkat sentimen kekhawatiran resesi ekonomi di Eropa. Ini merujuk pada pernyataan yang diucapkan pemimpin bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Mario Draghi.
Menurut Draghi, potensi resesi ekonomi di Benua Biru akan lebih rentan ke depan. Ini tercermin dari kemunduran industri manufaktur Jerman yang selama ini menyumbang sekitar 17,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa.
Kekhawatiran itu, sambung dia, membuat pasar waspada dan mulai memburu aset safe haven lagi, seperti emas. "Harga emas diperkirakan kembali menguat ke level US$1.523,7 sampai US$1.538,7 per troy ons," terang Ibrahim kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, ada sentimen dari gejolak politik yang terjadi di Amerika Serikat. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS berencana memakzulkan Presiden AS Donald Trump karena ia dianggap sudah melanggar konstitusi.
Kemudian, ada sentimen pula dari kelanjutan negosiasi dagang antara AS dengan China yang justru diperkirakan kembali memburuk hubungan kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Pasalnya, Trump melaporkan China ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/UN).
"Serangan baru terhadap China mengisyaratkan sedikit harapan untuk kesepakatan perdagangan dalam jangka pendek," pungkasnya.