Harga Nikel Menguat, Saham Central Omega Resources (DKFT) Melesat 54 Persen dalam Sepekan
Bisnis.com, JAKARTA— Pergerakan saham PT Central Omega Resources Tbk. menguat 7,75% atau berbanding terbalik dari laju indeks harga saham gabungan pada perdagangan, Selasa (13/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Central Omega Resources mengawali perdagangan dengan menguat tipis 6 poin ke level Rp290 pada perdagangan, Selasa (13/8/2019). Laju emiten berkode saham DKFT itu langsung melesat ke zona hijau pada sesi perdagangan pertama dan kedua.
Saham DKFT ditutup dengan menguat 22 poin atau 7,75% ke level Rp306 pada perdagangan, Selasa (13/8/2019). Total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp1,73 triliun.
Dalam sepekan terakhir, laju produsen nikel tercatat menguat signifikan. Pasalnya, DKFT tercatat telah menguat 54,55% sepanjang periode itu.
Pergerakan saham DKFT berbanding terbalik dengan indeks harga saham gabungan (IHSG). Pasalnya, indeks tersungkur 39,63 poin atau 0,63% ke level 6.210,96 pada sesi perdagangan, Selasa (13/8/2019). Dalam sepekan terakhir, IHSG tercatat hanya menguat 1,50%.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, Direktur Central Omega Resources Feni Silviani Budiman menjelaskan bahwa perseroan berencana melakukan penawaran umum terbatas (PUT) II. Perseroan akan melakukan peningkatan modal maksimal 9,5 miliar saham melalui rights issue dari 5,6 miliar saham menjadi 15,1 miliar saham.
Feni mengatakan perkiraan nilai emisi berkisar Rp1,9 triliun hingga sebanyak-banyaknya Rp2,4 triliun. Perseroan telah mengantongi izin dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 28 Februari 2019.
Dia menyebut perseroan telah melakukan pendaftaran PUT II ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 April 2019. Akan tetapi, masa berlaku pendaftaran berakhir pada Juni 2019 karena menggunakan dasar buku periode Desember 2018.
Oleh karena itu, lanjut Feni, DKFT akan melakukan pendaftaran lagi ke OJK dengan menggunakan buku periode April 2019.
“Jadi mungkin kami akan lakukan pendaftaran ulang [PUT II] dalam waktu dekat untuk posisi keuangan April 2019,” ujarnya akhir pekan lalu.
Secara detail, DKFT akan menggunakan 50% dana yang dihimpun untuk modal kerja di entitas anak PT Mulia Pacific Resources, PT Itamatra Nusantara, dan PT Bumi Konawe Abadi.
Sisanya, atau sebanyak 50% akan digunakan sebagai modal kerja dan pengembangan smelter PT COR Industri Indonesia.
Lebih lanjut, Chief of External Relation & Business Development Central Omega Resources Andi Jaya mengatakan pembangunan smelter tahap II rencananya akan dimulai pada kuartal IV/2019. Sumber dana akan berasal 70% dari perbankan dan sisanya 30% dari perseroan dan mitra saat ini di COR Industri Indonesia.
“Ada calon mitra strategis baru tetapi belum bisa kami ungkapkan,” jelasnya.
Sebagai catatan, perseroan melalui entitas anak usaha, COR Industri Indonesia (CORII) telah membangun fasilitas pemurnian nikel atau smelter yang berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dalam proyek itu, DKFT menggandeng Macrolink Grup, China, sebagai mitra strategis.