a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Harga Nikel Naik, Kinerja Smelter Terdongkrak Mulai Semester II/2016

Harga Nikel Naik, Kinerja Smelter Terdongkrak Mulai Semester II/2016
Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri smelter mendapat angin segar setelah harga nikel yang naik menjadi naik US$2.000 per ton menjadi US$10.000 per ton dan diprediksi akan naik sepanjang tahun.

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Jonatan Handojo mengatakan bisnis pemurnian atau smelter akan terus membaik mulai semester II tahun ini.

"Harga nikel naik karena Filipina sudah mengehentikan ekspor nickel ore dan stoknya di London Metal Exchange tinggal 369.492 ton saja," ujarnya lewat pesan singkat kepada Bisnis.com, Senin (15/8).

Menurutnya, semester II tahun ini bakal harga nikel bakal naik sekitar US$11.000 per ton karena sekarang sudah US$10.000 dari US$8.000 per ton. Dia yakin hingga tahun depan harga nikel akan naik terus sampai US$12.000 per ton.

Kendati saat ini masih banyak perusahaan tambang yang menghentikan operasinya akibat larangan ekspor mineral oleh pemerintah yang mengakibatkan perusahaan smelter kekurangan bahan baku, dia optimistis mulai Januari 2017 penambang akan melanjutkan kegiatannya.

Menurut catatannya, terdapat sekitar 24 perusahaan pemurnian yang merealisasikan investasinya pada 2012-2016 dengan nilai investasi mencapai US$12 miliar. Kebanyakan perusahaan memproduksi nikel dengan investor asal China.

“Indonesia sudah dapat menghasilkan nikel murni sekitar 416.000 ton per tahun atau sama dengan 21% pangsa pasar nikel dunia karena pasar dunia sebesar 2 juta ton nikel murni per tahun,” ungkapnya.

Masalahnya, lanjutnya, Kementerian ESDM tidak punya data akurat tentang deposit atau cadangan mineral logam seperti nikel, besi, timah, mangan, zircon, dan bauksit.

Ketidak sadaran pemerintah terhadap potensi penyerapan investasi tersebut berdampak pada kurangnya insentif fiskal di sektor ini.

Dia mengungkapkan potensi nilai ekspor logam paling sedikit mencapai US$160 juta per tahun dan bagi perusahaan besar bisa sampai US$200 juta – US$300 juta.