Hingga Maret 2020, Ekspor Konsentrat Freeport 500.000 Ton
JAKARTA,investor.id - Kuota ekspor PT Freeport Indonesia bakal mencapai setengah juta ton konsentrat tembaga hingga Maret 2020 nanti. Hal ini seiring dengan pengajuan penambahan kuota ekspor hingga 300.000 ton konsentrat. Adapun kuota ekspor yang telah disetujui pemerintah hingga Maret 2020 sekitar 198.282 ton.
Penambahan kuota ekspor itu terungkap dalam conference call kuartal II-2019, Rabu (24/7) waktu setempat. President and Chief Executive Officer Freeport McMoran Richard Adkerson mengatakan permohonan kuota ekspor tambahan telah diajukan Freeport Indonesia kepada pemerintah. Namun tidak dibeberkan besaran kuota tambahan yang dimaksud. Hanya saja berharap persetujuan bisa diberikan pada kuartal III/2019.
"Kementerian ESDM memiliki regulasi dan prosedur (penambahan kuota) yang harus diikuti," kata Richard.
Sementara itu, Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport-McMoRan Kathleen Quirk menuturkan dalam permohonan kuota tambahan itu dijelaskan adanya peningkatan produksi konsentrat tembaga. Tambahan produksi itu lantaran operasional PT Smelting di tahun 2018 dibawah rata-rata. Namun Quirk tidak membeberkan tambahan produksi konsentrat yang dimaksud. "Kami telah memberi mereka perkiraan yang diperbarui dan kami berharap pada kuartal ketiga untuk mendapatkan persetujuan untuk jumlah tambahan ekspor," ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot membenarkan adanya permohonan Freeport terkait penambahan kuota. Dia menyebut penambahan kuota memang diberikan kepada pelaku pertambangan pada Juli ini. Penambahan kuota itu masuk dalam revisi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Dalam revisi itu disebutkan kuota tambahan yang diajukan sekitar 200.000-300.000 ton konsentrat. "Sekarang sedang proses. Lagi dievaluasi revisi RKAB, harapannya selesai Agustus," ujarnya.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama sebelumnya mengatakan penambahan kuota itu bukan karena peningkatan produksi. Melainkan dari stok di tambang terbuka (open pit) Grasberg yang masih bisa dimanfaatkan. Hanya saja dia belum bisa memperkirakan penambahan kuota yang diajukan serta waktu pengajuannya. Riza menuturkan produksi Freeport tahun ini sekitar 1,2 juta ton. Dari jumlah itu sebanyak satu juta ton dikirim ke PT Smelting untuk dimurnikan. Sedangkan sisanya ekspor ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, Tiongkok serta India. Dia menyebut penambahan kuota bakal diserap oleh smelter di beberapa negara tersebut. "Kalau yang minat atau standby buyer sih pasti ada. Tapi kan makanya besarannya berapa tetap perlu kami hitung," ujarnya.
Kuota ekspor Freeport tahun ini jauh lebih rendah ketimbang periode sebelumnya yang mencapai 1,2 juta ton. Rendahnya kuota ekspor lantaran Freeport sedang dalam masa transisi dari tambang terbuka Grasberg menuju tambang bawah tanah. Rencananya produksi tambang bawah tanah kembali normal pada 2022 mendatang. Beralihnya ke tambang bawah tanah lantaran habisnya cadangan tembaga di tambang terbuka.
Kementerian ESDM memberikan perpanjangan izin ekspor konsentrat lantaran pembangunan smelter Freeport memenuhi persyaratan. Adapun kemajuan smelter itu hingga Februari kemarin mencapai 3,86%. Freeport membangun smelter di Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga. Adapun progres proyek berupa pemadatan lahan serta mengeluarkan air-air yang di dalam tanah. Kemudian secara paralel juga dilakukan pemancangan sambil menunggu kesiapan lahan yang lainnya secara bertahap akan matang. Riza mengungkapkan groundbreaking smelter itu akan dimulai pada 2020 mendatang. Hanya saja dia belum bisa memastikan kapan tepatnya tahap konstruksi dimulai. Namun dia menegaskan smelter bakal beroperasi pada akhir 2022 mendatang.
Pembangunan smelter merupakan komitmen Freeport sesuai dengan amanat Undang-Undang pertambangan Mineral dan Batu bara. Freeport berkomitmen pembangunan smelter paling lambat pada 2023 mendatang. Komitmen itu tertuang dalam kesepakatan negoisasi dengan pemerintah terkait penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada akhir Desember 2018 kemarin.