Holding BUMN Industri Pertambangan Ramah Lingkungan
Medan-andalas PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sesuai dengan budayanya yang telah terbina sejak awal dan untuk mewujudkan visinya terus berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang ramah lingkungan.
"Inalum berkomitmen untuk terus menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dan siap menjadi induk dari holding BUMN industri pertambangan yang ramah lingkungan sesuai dengan visi Inalum 2025 yaitu menjadi perusahaan global terkemuka berbasis aluminium terpadu ramah lingkungan,’’kata Direktur Utama PT Inalum (Persero), Winardi melalui Sekretaris perusahaan, Ricky Gunawan kepada wartawan, Rabu (13/9) di Medan.
Komitmen tersebut, lanjut Ricky Gunawan, dibuktikan oleh perusahaan plat merah ini dengan telah diperolehnya sertifikasi quality management system ISO 9001, Environmental Management System ISO 14001 dari SGS Internasional sejak tahun 1988 dan 2002 serta peringkat emas untuk sistem manajemen kesehatan & keselamatan kerja dari Kementerian Tenaga Kerja RI tahun 2005 dan 2008. Untuk proper yang saat ini telah memperoleh peringkat biru, perusahaan sedang berbenah untuk mendapatkan peringkat hijau di tahun 2019.
"Baru-baru ini pada 17 juli 2017, kami juga telah menerima penghargaan dari pemerintah kabupaten Btau Bara untuk pengelolaan lingkungan hidup terbaik dalam rangka peringatan hari lingkungan hidup sedunia tingkat kabupaten Batu Bara," katanya.
Smelter Aluminium Berwawasan Lingkungan Didirikan sejak awal 1976 dan mulai beroperasi pada 1982, Inalum yang dikenal sebagai proyek Asahan telah melakukan pengelolaan lingkungan dan limbah mulai dari awal pendiriannya. Ricky Gunawan menjelaskan walaupun belum ada peraturan teknis dalam pengelolaan limbah pada awal tahun 1980-an,Inalum mengacu pada environ aspects of aluminium smelting UNEP (United Nations Environment Program) sebagaimana best practice pengelolaan limbah peleburan aluminium dunia yaitu dengan membagun area disebut sebagai SPL Yard dengan dilapisi steel sheet pile disekelilingnya sehingga terisolasi secara baik.
Pembuatan SPL juga selalu dikomunikasi dengan KLH (saat itu) untuk mendapat pengarahan teknis. Kondisi area ini secara berkala dipantau oleh laboratorium internal dan eksternal dan hasilnya dilaporkan secara perodik ke instasi terkait.
Kemudian dalam rangka pengakhiran master agreement antara Indonesia dan Jepang pada tahun 2013, Kementerian Lingkungan Hidup meminta Inalum untuk melakukan pengelolaan limbah tersebut sehingga tidak menjadi beban pemerintah Indonesia nantinya. Semula untuk mewujudkan arahan ini, Inalum sewaktu berstatus PMA pada 2013 telah memutuskan untuk menyelesaikannya dengan proses landfill. Pada medio 2014, Inalum mengevaluasi kembali metoda yang paling baik dan akhirnya memutuskan memilih metoda clean up.
Ricky Gunawan menambahkan, untuk penyelesaiannya, sejak Juni 2016 Inalum telah melakukan pengelolaan area tersebut sesuai dengan rencana yang telah disetujui KLHK yaitu dengan pemanfaatan kembali limbah yang bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin limbah B3 yang ada di Inalum seluas 2,98 ha (51,3%) limbah telah diserahkan dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Sedangka sisannya 2,98 ha (48,7%) sedang tahap pengerjaan dengan target penyelesaian Juni 2018.
Dalam pelaksanaannya, Inalum selalu berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batu Bara, Dinas Lingkungan Hidup Provsu dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Inalum saat ini telah memperoleh pernyataan lokasi bersih dari KLHK untuk merampungkan proses pengangkatan dan pemanfaatan limbahnya dari SPL Yard seluas 1,02 ha. Dan untuk tahap berikutnya pada awal September ini seluas 1,57 ha.
Kepedulian Lingkungan Inalum memiliki program Toba Go Green yang telah dilaksanakan sejak 2014 bekerjasama dengan Kodam I Bukit Barisan, Inhutani, LSM dan USU. Program ini berupaya untuk merevitalisasi daerah tangkapan air di sekitar danau toba melalui penanaman masing-masing 30 ribu pohon di Toba Samosir (2014), Samosir (2015) dan Karo (2016).
Program ini dilanjutkan melalu program penanaman pohon di 1.000 ha lahan kritis di sekitar danau toba yang dilaksanakan tahun 2017-2019. Seluruh program ini memiliki tujuan yang sama yaitu agar lingkungan hidup di sekitar danau toba dapat senantiasa asri dan tinggi muka air danau toba dapat terus berada pada level normal yaitu 904 meter di atas permukaan laut. (MA/REL)