KUALA TANJUNG - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) didapuk menjadi induk dari gabungan (holding) perusahaan tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Nantinya holding tambang ini akan beranggotakan PT Antam (Tbk), PT Timah (Tbk), dan PT Bukit Asam (Tbk).
Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM) Inalum Carry EF Mumbunan mengatakan, dengan adanya holding tambang ini, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan sinergi dengan anggota holding tambang lainnya. Salah satu yang terdekat adalah kerjasama dengan PT Antam (Persero) untuk mengembangkan pabrik alumina di Mempawah, Kalimantan Barat.
"Saat ini sedang proses feasibilty study (fs) dan kita harapkan segera selesai, jadi pabrik ini bisa beroperasi sekitar 2020-2021," ujarnya saat ditemui di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Rabu (6/12/2017).
Menurut Carry, pembangunan pabrik di Mempawah nantinya akan dibagi menjadi dua tahap bankable feasibilty study. Di mana untuk bankable tahap pertama feasibilty study ini, diperkirakan dana investasi yang dibutuhkan sekitar USD670 juta untuk kapasitas 1 juta ton alumina.
"Nanti hulunya kami, hilirnya Antam itu. SGA di Mempawah itu dalam proses penyusunan bankable feasibilty study sekitar USD670 juta," jelasnya.
Menurut Carry, dengan adanya pabrik di Mempawah tersebut, akan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku almunium (alumina). Adapun dengan kapasitas yang terpasang, nantinya Inalum tidak lagi mengimpor bahan baku dari Australia dan India.
"Kalau pabrik kita di Mempawah jadi, kita akan putus semua impor itu, jadi kita lebih efisien, tidak perlu takut isu yang berkembang antara ke dua negara," jelas Carry
"Kami itu setiap tahun mampu produksi 260.000 ton per tahun, dimana untuk menghasilkan itu butuh lebih dari 500.000 ton alumina. Nah bahan alumina itu Bauksit dan Antam itu penghasilnya, jadi kebutuhan kita akan mandiri," imbuhnya.
Sebagai informasi, nantinya PT Antam dan PT Inalum akan bekerjasama dengan Alumunium Corporation of China Ltd. (Chinalco) membangun Smelter Grade Alumina di Kabupaten Mempawah (SGA Mempawah), Kalimantan Barat. Smelter yang direncanakan memiliki kapasitas satu juta ton per tahun (tahap 1) ini diperkirakan menelan investasi sebesar USD1,5-USD1,8 miliar.
Antam dan Inalum akan membentuk perusahaan patungan atau JV dengan Chinalco. JV ini akan mengoperasikan smelter, dengan pihak Indonesia memegang saham mayoritas, minimal 51%.
PT Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia adalah terbesar ke-8 dunia sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar.
Kapasitas produksi PT Inalum sebesar 260.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 800.000 ton. Pertumbuhan konsumsi alumunium mencapai 8% per tahun.