INILAH, Jakarta - Holding pertambangan pada tahun 2020 menahan produksi mineral dan batubara. Hal ini menyusul harga mineral dan batu bara yang kian merosot.
Menurut Direktur Operasional Mining Industrial Indonesia (MIND ID), Ogi Prastomiyono saat ini, semua BUMN tambang tidak mengajukan penambahan produksi karena harga masih lemah. Ia menjelaskan, mempertahankan produksi merupakan salah satu caranya agar tetap bisa menjaga pendapatan perusahaan.
"Saya belum bisa bilang angkanya, tapi more or less sama kayak tahun ini. Karena harga ya makanya masih stagnan," ujar Ogi di Kementerian BUMN, Senin (25/11/2019).
Adapun pada kuartal tiga kemarin tercatat PTBA melakukan kenaikan produksi 10 persen menjadi 21,6 juta ton selama kuartal ketiga 2019 dibandingkan 19,6 juta ton pada periode sama tahun lalu.
Sedangkan untuk Antam, dia menjelaskan memang secara produksi tidak menambah juga dikarenakan selain ekspor yang ditutup, perusahaan belum bisa memaksimalkan produksi karena kapasitas smelter yang baru bisa menampung adalah smleter pomala.
"Kita serap sendiri di pomala kan sudah berproduksi. Kita akan turunkan produksinya karena gak bisa serap seluruhnya kan. Tahun depan halmahera timur. Akhir 2020 semoga sudah bisa beroperasi. Mungkin baru bisa nambah," ujar dia.
Untuk bisa mencatatkan laporan keuangan yang baik, meski sektor nikel ditahan, perusahaan kata dia akan memaksimalkan penjualan emas untuk bisa mendongkrak pertumbuhan penjualan. "Kan ada band. Kita turun memang produksinya. Antam yang kena nikel. Trading emas aja yang meningkat biar total reveneu kita jaga minimal sama dengan tahun lalu," ujar Ogi.
Dalam keterangan resminya, manajemen ANTM menjelaskan bahwa volume produksi feronikel pada JanuariSeptember 2019 mencapai 19.052 ton nikel dalam feronikel (Tni). Sedangkan pada per kuartal III/2019 total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai sebesar 1.485 kg atau 47.743 oz. [inilahcom]