IMIP Dominasi Pengolahan Nikel di Indonesia
duniatambang.co.id - Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bisa memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pengolahan nikel di Indonesia dalam waktu 4 tahun . IMIP terbukti mampu mengungguli PT Vale Indonesia (INCO) dan juga PT Aneka Tambang (ANTM) yang sebelumnya mendominasi produksi nikel olahan di Tanah Air.
Ada sejumlah faktor hingga akhirnya IMIP begitu unggul dari Vale Indonesia maupun Aneka Tambang yang lebih dulu menjalankan industri pengolahan nikel. Sejumlah pakar menilai, baik Vale Indonesia dan Aneka Tambang sebenarnya sudah lama berencana mengembangkan kapasitas produksi pengolahan nikel mereka. Namun sayangnya, langkah yang diambil kedua perusahaan itu, dianggap terlalu lambat.
Vale Indonesia dan Aneka Tambang kurang gesit dalam menjalankan rencana yang sudah ditargetkan. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena adanya sejumlah hambatan dan tantangan yang dihadapi kedua perusahaan tersebut. Faktor utamanya yakni karena masalah proses perizinan birokrasi dan langkah eksekusi yang kerap mundur karena beragam alasan.
“Vale dan Antam sudah lama berencana mengembangkan pengolahan nikel, namun keputusan akhir selalu mundur dengan beragam alasan. Kedua perusahaan butuh waktu lama dan proses persetujuan yang panjang untuk mengeluarkan keputusan dengan jalur birokrasi,” kata Arif S. Tiammar, praktisi tambang dan smelter nikel.
Hal yang berbeda justru dialami oleh IMIP yang mendapatkan lebih banyak dukungan, salah satunya dari perusahaan asal Cina yakni Tsingshan Group. Mereka pun juga cukup tanggap dalam mengeluarkan keputusan serta melaksanakannya.
“Setelah melakukan kajian mendalam dan evaluasi final, keputusan diambil oleh pemegang saham terbesar dengan kuasa penuh yakni Tsingshan Group,” tambah Arif.
Lalu tipikal proses pengembangan produk nikel antara IMIP dengan Vale Indonesia dan Aneka Tambang juga memiliki perbedaan yang signifikan. Vale Indonesia dan Aneka Tambang dalam menjalankan bisnisnya berawal dari pemain tambang dan menjadi penghasil produk. Sementara Tsingshan Group yang memegang saham terbesar di IMIP berangkat dari bisnis usaha stainless steel.
Terakhir faktor utama yang paling mempengaruhi tentunya dukungan dana. Pasalnya, dalam proses pengembangan smelter, membutuhkan biaya yang sangat besar. IMIP mendapatkan dukungan dana dengan skema pinjaman sangat murah. Hal ini tidak dialami oleh Vale Indonesia dan Aneka Tambang.