JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sepanjang kuartal I-2016 mencatatkan produksi nikel mencapai 16.894 metrik ton (t) atau turun 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 17.476 ton. CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Nico Kanter dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (21/4/2016) mengatakan, produksi di triwulan pertama tahun ini lebih rendah disebabkan pelaksanaan aktivitas pemeliharaan yang sudah direncanakan."Ini sangat penting untuk memastikan operasi kami bisa berfungsi dengan efisien," tuturnya.
Meski demikian, perseroan optimistis dapat mencapai target produksi nikel sepanjang 2016 sekitar 80.000 ton. Asal tahu saja, target produksi nikel perseroan sepanjang tahun ini sebesar 80 ribu ton, turun dari realisasi produksi tahun lalu yang sebesar 81.177 ton. Tahun ini, perseroan tetap optimis target produksi bisa tercapai karena adanya perbaikan harga nikel secara global. Walaupun sampai kuartal pertama harganya nikel masih rendah, INCO masih mengejar produksi. "Dalam kuartal pertama, projek bottlenecking di pabrik yang sudah terselesaikan," kata Nico.
Tahun ini INCO juga melakukan efisiensi dan peningkatan produktifitias aset. Walaupun pengurangan pegawai belum dilakukan namun saat ini penerimaan karyawan baru tidak dilakukan. INCO sendiri menargetkan belanja modal (capex) yang bersumber dari kas internal sebesar USD90 juta sampai USD100 juta dolar. Nilai belanja modal ini lebih rendah dari realisasi belanja modal tahun lalu, yang sebesar USD106,4 juta
Nico mengaku bahwa dengan harga nikel sekarang bisa belanja modal dapat direvisi lagi. Dana tersebut akan dialokasikan pemeliharaan alat-alat pada pabrik. Dari laporan keuangan INCO tahun 2015, pendapatan perseroan turun 23,3 persen sebesar USD790 juta dollar. Dari tahun 2014 sebesar USD1,03 miliar dollar. Laba tahun berjalannya juga turun tahun 2015 sebesar USD50,5 juta dollar. Menurun 70,6 persen dari tahun 2014 sebesar USD172,2 juta dollar.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan INCO, (1/4/2016), Mark Travers menjadi Wakil Presiden Komisaris Perseroan menggantikan Arief T Surwidjojo yang masa jabatannya habis. Pemegang saham juga menyetujui jumlah remunerasi bagi Komisaris Independen di tahun 2016 dan mendelegasikan wewenang RUPS untuk menentukan jumlah gaji dan remunerasi lainnya bagi Direksi sebagaimana rekomendasi Komite Tata Kelola kepada Dewan Komisaris.
Menurut David Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital mengatakan bahwa tambang nikel secara keseluruhan akan melambat karena harga nikel global juga turun. Prospek INCO sendiri masih dalam tekanan. Sebab permintaan Nikel sendiri melambat. Harganya nikel harusnya lebih baik dari tahun lalu. Untuk saham INCO David menyarankan maintain buy dengan prediksi harga 2300.
Sementara Muhammad Ikhsan, Analis NH Korindo Securities mengatakan bahwa harga nikel global tahun ini berada pada posisi US$ 8.500 dollar sampai USD9.000 dollar. Harga nikel tersebut akan sangat bergantung akan permintaan nikel dari Cina.