Inalum Buka Peluang Bawa Freeport Indonesia Melantai di Bursa
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum membuka kemungkinan mengantar PT Freeport Indonesia (PTFI) ke lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah perseroan resmi mengempit 51 persen saham di Freeport Indonesia.
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Freeport Indonesia bisa melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) apabila pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurniat konsentrat atau smelter sudah rampung.
"Itu rencana (IPO) sudah ada tapi memang kami mau selesaikan semua urusan smelternya sudah jadi, sudah selesai baru nanti dia (Freeport Indonesia) IPO," papar Budi, Rabu (18/7).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), proses pembangunan smelter milik Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur pada Februari 2018 baru sebesar 2,43 persen.
Pemerintah mengklaim Freeport Indonesia sampai saat ini masih berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan smelter. Pada Agustus 2018, proses pembangunan mencapai 5,18 persen.
Selain memperhatikan persoalan smelter, Inalum juga akan memilih waktu yang tepat untuk membawa Freeport Indonesia menjadi perusahaan publik dengan terus melihat kondisi pasar saham di dalam negeri.
"Itu juga dilakukan dengan waktu yang tepat, bagaimana kondisi pasar sahamnya," ucap Budi.
Budi mengatakan pelepasan saham ke publik akan membuat tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) di Freeport Indonesia. Namun, ia belum bisa memastikan kapan IPO bisa dilakukan dan skema detil dari proses tersebut.
"Tapi gimana ceritanya jangan terdilusi, ini kan masih isu juga jadi masih dipikirkan," imbuh Budi.
Kemudian, perseroan juga tak bisa asal mengantar Freeport Indonesia ke lantai Bursa Efek karena Freeport Indonesia hanya akan mendapatkan kepastian perpanjangan operasional hingga 2041 mendatang.
Lihat juga: Bank BUMN Batal Danai Pengambialihan Saham Freeport
"Kalau IPO tapi Kontrak Karya (KK) 2041 habis. Nah, itu juga harus dipertimbangkan. Kalau IPO tapi tiba-tiba berhenti kan lucu," jelas Budi.
Kepastian perpanjangan kontrak hingga 2041 itu akan didapatkan Freeport Indonesia setelah proses pengambilalihan saham anak usaha tambang asal Amerika Serikat (AS) oleh Inalum rampung.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna berharap PTFI bisa menjadi emiten di Bursa Efek karena tata kelola perusahaan akan jauh lebih baik jika menjadi perusahaan publik.
"Bisa dikontrol oleh banyak pihak kalau menjadi perusahaan tercatat. Kemudian akan dikontrol self regulatory organization (SRO)," ucap Nyoman belum lama ini. (agi)