Inalum-Freeport Simulasikan Lokasi Smelter Tembaga
JAKARTA – PT Inalum (Persero) menyatakan belum ada ketetapan terkait lokasi fasilitas pemurnian konsentrat tembaga (smelter) PT Freeport Indonesia. Freeport dan Inalum masih melakukan kajian komprehensif mengenai lokasi pembangunan smelter.
Freeport sebenarnya sudah mulai membangun smelter di Gresik, Jawa Timur sejak 2014 silam. Investasi smelter berkapasitas dua juta ton konsentrat itu mencapai US$ 2,1 miliar. Namun pembangunan smelter itu belum masuk tahap konstruksi lantaran menunggu perpanjangan operasi pasca 2021.
Saat ini Freeport pun menjajaki kerjasama membangun smelter dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Head of Corporate Communication Inalum Rendi A Witular mengatakan, dalam pembahasan dengan Freeport sudah ada kesepakatan untuk membangun smelter. Hanya saja, belum ditentukan lokasi pembangunannya.
“Masih disimulasikan. Belum ada yang firm,” kata Rendi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pembangunan smelter merupakan salah satu poin negosiasi antara pemerintah dan Freeport. Pada Agutus 2017 sudah ada kesepakatan untuk menyelesaikan pembangunan pada 2022 atau paling lambat 5 tahun sejak kesepakatan negosiasi ditandatangani. Inalum sebagai holding BUMN tambang segera memiliki mayoritas saham Freeport Indonesia.
Penjajakan kerja sama antara Amman dan Inalum telah dilakukan oleh petinggi kedua perusahaan tersebut. Boss Medco Arifin Panigoro dan Hilmi Panigoro melakukan pertemuan dengan CEO Freeport McMoran Richard Adkerson di Washinton DC, Amerika Serikat pada 25 Juni waktu setempat.
Kerjasama antara Amman dan Freeport ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada 31 Agustus tahun lalu. Nota kesepahaman ini tentang penjajakan kerja sama membangun smelter bersama. Pasca penandatanganan itu, Freeport dan Amman melakukan studi maupun kajian teknis bersama.
Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau sebelumnya mengatakan kerjasama dengan Freeport dalam membangun smelter masih didiskusikan. Namun pihaknya siap bila pada akhirnya perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu batal menggandeng AMNT.
“Kami masih melakukan diskusi. Desainnya kami buat dua desain, desain pertama sama Freeport, desain satunya kalau kami ternyata harus jalan sendiri,” ujarnya.
Smelter yang dibangun Amman rencananya berkapasitas 2-2,6 juta ton dan ditargetkan beroperasi penuh pada 2022. Smelter itu dibangun di atas lahan 100 hektar di dekat Teluk Benete. Saat ini proyek tersebut dalam tahap persiapan lahan yang ditargetkan rampung pada akhir 2018.
Adapun proyek smelter ini mampu menyerap hingga 15 ribu tenaga kerja. Amman memulai pembangunan smelter di Sumbawa pada April 2017 lalu. Smelter tersebut dapat memproses konsentrat tembaga baik dari tambang Batu Hijau, maupun suplai potensial dari tambang Elang yang saat ini dalam tahap eksplorasi, dan sumber pemasok konsentrat lainnya. Amman Mineral sebelumnya bernama PT Newmont Nusa Tenggara yang lokasi tambangnya berada di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. (rap)