Indonesia jajaki peluang kerjasama hilirisasi tambang dengan China
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno melakukan kunjungan singkat untuk bertemu dengan sejumlah Chief Executive Officer (CEO) industri logam di China. Kunjungan itu bertujuan untuk menjajaki peluang kerjasama untuk mendorong percepatan hilirisasi tambang di Indonesia.
Rini menyampaikan, percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan, dan ia yakin holding industri pertambangan BUMN yakni PT Inalum (Persero), mampu mewujudkan mandat tersebut. "Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak terkait," kata Rini melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/5).
Dalam kunjungan tersebut, Rini didampingi oleh Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro.
Menurut Budi G. Sadikin, pertemuan dengan sejumlah CEO industri logam di China ini bertujuan untuk mendengarkan penjelasan tentang industri logam dan teknologinya. Termasuk untuk menjajaki berbagai peluang kerjasama yang sesuai dengan rencana strategis Inalum.
"Dan dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang," kata Budi.
Di Beijing, rombongan bertemu dengan sejumlah CEO industri logam, antara lain CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari peluang kerjasama dalam industri EPC dan tambang kobalt/nikel, juga dengan CEO Beijing Easpring Material Technology untuk mempelajari industri electric vehicle terutama dalam pembuatan katoda.
Di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical. Termasuk manufaktur bahan energi baru lithium ion, pemrosesan bahan baru kobalt, serta penambangan, benefisiasi dan peleburan kobalt dan tembaga. Juga, bertemu dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri electric vehicle.
Sementara di Inner Mongolia, rombongan BUMN ini menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta peluang kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk.
Dalam kunjungan ini juga turut serta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Antam Tbk Arie Arioetedjo dan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin.
Seperti diketahui, holding industri pertambangan BUMN melalui anggota holding, PTBA telah menandatangani Head of Agreement hilirisasi batubara bersama Pertamina, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk pembangunan proyek gasifikasi.
Melalui kerjasama tersebut, batubara dari PTBA nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batubara muda menjadi syngas atau bahan baku untuk diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.
Selain itu, proyek hilirisasi lainnya yang dicanangkan oleh holding industri pertambangan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk. Yakni dengan mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat.
Proyek SGAR tersebut merupakan penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, bahan baku aluminium dengan kapasitas awal satu juta ton alumina.