Industri mobil listrik digadang-gadang bakal membawa investasi yang cukup besar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mobil listrik digadang-gadang akan membawa nilai investasi yang cukup besar ke Indonesia. Sehingga diharapkan bisa menopang realisasi penanaman modal dimulai pada tahun ini. Maklum dalam lima tahun ke depan target investasi makin menggunung.
Berdasarkan outlook investasi Badan Koornasi Penanaman Modal (BKPM), dalam periode kedua kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo, target nilai investasi selama lima tahun mencapai Rp 4.983,2 triliun. Angka ini melonjak 47,3% dari realisasi lima tahun sebelumnya sebesar Rp 3.391,9 triliun
Adapun, pada 2020, BKPM memproyeksikan investasi yang terkumpul mencapai Rp 817,2 triliun. Kemudian pada 2021 naik 4,8% menjadi Rp 858,5 triliun. Selanjutnya di 2022 sebesar Rp 968,4 triliun, 2023 senilai Rp 1.099,8 triliun, dan 2024 sejumlah Rp 1.239,3 triliun.
Deputi Deregulasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot mengatakan untuk mencapai target tersebut, investasi yang membawa modal besar harus masuk ke dalam negeri. Salah satunya, industri mobil listrik.
“Industri mobil listrik ini dari hulu ke hilir, sehingga menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Ya cukup mendukung karena sumber bahan baku pemenuhan industri ini kita punya dari sisi permesinan, baterai, hingga bahan mobil,” kata Yuliot kepada Kontan.co.id, Kamis (14/1).
Yuliot menginformasikan, ketersediaan bahan baku industri mobil listrik tersebar di beberapa daerah. Misalnya, untuk supply baja berasal dari Cilegon Banten, lalu nikel dan produk turunannya sudah dikembangkan di Sulawesi dan Maluku Utara.
Setali tiga uang, hal ini akan menggairahkan minat investor asing lantaran bisa menghemat biaya impor bahan baku. Di sisi lain, kemudahan berusaha khususnya dalam hal regulasi akan lebih efisien dengan implementasi aturan turunan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Kata Yuliot, geliat investor asing untuk menanamkan modal mulai bermunculan setelah Hyundai Motor meralisasikan investasinya sebesar US$ 1,55 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 21 triliun. Catatan BKPM, nilai investasi itu direalisasikan dalam dua tahap. Pertama akan dikerjakan pada periode 2019-2021 dan tahap kedua pada periode 2022-2030.
Pada fase pertama, Hyundai Motor sudah membangun pabrik pembuatan mobil yang berlokasi di Jawa Barat dan akan mengekspor setidaknya 50% dari total produksi.
Lalu pada fase kedua, Hyundai Motor akan fokus pada pengembangan pabrik pembuatan mobil listrik, pabrik transmisi, pusat penelitian dan pengembangan (R&D center), serta pusat pelatihan. Hyundai Motor juga berkomitmen akan menambah kapasitas ekspor hingga 70% dari total produksi.
“Hyundai masuk kemudian LG masuk dan ada rencana Tesla mau masuk juga ini sinyal positif. Investasi yang besar-besar masuk artinya memperlihatkan perbaikan kebijakan pemerintah, diberikan insentif untuk investasi,” kata Yuliot.
Sementara itu, LG Energy Solution Ltd bekerja sama dengan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana akan merealisasikan investasi sebesar US$ 9,8 miliar, atau sekitar Rp 142 triliun.
Adapun Kepala BKPM Bahlil Lahadalia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 18 Desember 2020 lalu. MoU berisi tentang kerjasama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian atau refining serta industri prekursor dan katoda.
“Komitmen dengan LG ini sudah ada MoU-nya, jadi ini semakin realistis, tinggal merealisasikan investasinya lalu mulai beroperasi,” ujar Yuliot.
Yuliot menegaskan konsep investasi industri mobil listrik dari hulu ke hilir yang dicita-citakan oleh pemerintah akan menyerap banyak tenaga kerja. Dus, hal ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di massa mendatang.