Investasi Sektor Minerba Baru 35 Persen dari Proyeksi
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat per 10 Juli, realisasi investasi sektor mineral dan batu bara (minerba) baru mencapai US$2,2 miliar. Realisasi tersebut setara dengan 35,66 persen dari proyeksi di sepanjang tahun ini yang mencapai US$6,17 miliar.
Direktur Jenderal Minerba Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan investasi minerba tahun ini mendapatkan tantangan dari pelemahan harga komoditas. Selain itu, tumpang tindih peraturan di tingkat pusat maupun di daerah juga turut mempengaruhi keputusan investor.
Misalnya, masalah tumpang tindih izin kawasan tambang dengan izin kawasan kehutanan. Tanpa perizinan yang cepat investor tidak akan mendapatkan kepastian hukum. Jika dibandingkan dengan realisasi investasi minerba tahun lalu yang mencapai US$7,49 miliar, prognosa investasi tahun ini merosot 17,6 persen.
"Investasi kan berbanding lurus dengan harga, kalau harganya bagus kerjanya lebih dalam," ujar Bambang di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (11/7).
Padahal, Indonesia membutuhkan investasi, terutama di bidang eksplorasi, untuk menemukan cadangan minerba baru. "Eksplorasi kalau enggak dilakukan 10 tahun ke depan enggak ada tambang lagi," jelasnya.
Meski alokasi investasi eksplorasi meningkat setiap tahunnya, namun porsinya masih kecil. Tahun ini, alokasi investasi untuk eksplorasi hanya US$274 juta atau 4 persen dari total investasi.
Tahun lalu, anggaran investasi eksplorasi mineral di Indonesia hanya berkisar 1 persen dari total investasi eksplorasi dunia di kisaran US$100 juta. Porsi tersebut menurun dibandingkan rata-rata periode 2006-2014 yang mencapai 2,5 persen dari dunia.
Tren investasi di sektor minerba akan mengikuti tren dunia dan cenderung akan terus meningkat dengan kemudahan izin eksplorasi di kawasan hutan dan pengawasan kinerja eksplorasi minimal.
Selain itu, Kementerian ESDM juga akan terus memberikan percepatan dan penyederhanaan perizinan demi mengerek investasi.
Tahun depan, Bambang menargetkan total investasi sektor mineral dan batu bara meningkat 43,93 persen dibandingkan prognosa sepanjang tahun ini menjadi US$8,88 miliar. Sekitar US$300 juta di antaranya dialokasikan untuk kegiatan investasi.
"Investasi terbesar 2020 didominasi dari proyek smelter (fasilitas pengolahan dan pemurnian)," tandas Bambang.