a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Investor Tanam US$3 Miliar di Industri Smelter

Investor Tanam US$3 Miliar di Industri Smelter
Bisnis.com, JAKARTA – Sektor industri pengolahan dan pemurnian logam atau smelter di Tanah Air mendapatkan suntikan modal sebesar US$3 miliar dari tiga investor pada awal tahun ini.

Hal tersebut diyakini sebagai implementasi dari kebijakan hilirisasi industri yang diharapkan membawa efek berantai pada perekonomian nasional.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Harjanto mengatakan angka investasi tersebut merupakan akumulasi dari investasi baru dan investasi lanjutan.

“Tentunya ini bisa mendongkrak pertumbuhan industri logam atau industri kita secara nasional tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, belum lama ini.

Harjanto merinci, total penanaman modal pada sektor industri smelter tersebut, terdiri dari investasi PT Fajar Bhakti Nusantara di Gebe, Papua Barat untuk pabrik nickel pig iron sebesar US$350 juta.

Kemudian, investasi juga dilakukan oleh perusahaan Virtue Dragon yang membenamkan modalnya di Konawe, Sulawesi Tenggara untuk pabrik ferronickel senilai US$2,5 miliar. Kedua perusahaan tersebut tercatat melakukan investasi untuk ekspansi perluasan pabrik.

Kemudian, PT Kalimantan Surya Kencana menggelontorkan dananya untuk membangun pabrik pengolahan tembaga sebesar US$135 juta. Saat ini, proses realisasi pembangunan pabrik tersebut masih dalam tahap studi, dan ditargetkan akan rampung pada akhir 2018.

“Investasi baru ini juga akan menambah kapasitas produksi nasional sekaligus meningkatkan ekspor produk yang dihasilkan industri smelter tersebut,” ungkapnya.

Harjanto percaya, dengan harga komoditas yang semakin membaik, akan mendorong pertumbuhan industri smelter di Tanah Air.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso menyatakan, pelaku industri smelter nasional optimistis dalam mengarungi bisnis tahun ini.

“Kami perkirakan prospeknya masih bagus. Kalau Menteri Perindustrian-nya yakin dan Dirjen-nya mengerti permasalahan, tinggal pembicaraan di lintas Kemenko Perekonomian," tuturnya.

Prihadi menambahkan, industri smelter di dalam negeri berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia, yang diprediksi akan meningkatkan permintaan sejalan dengan perbaikan ekonomi global.

"Negara-negara di Eropa, kecuali Inggris yang masih belum bisa ditebak, mengalami peningkatan. Ekonomi dunia juga diprediksi akan membaik. Ini sangat bagus,” paparnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, pihaknya fokus dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri, khususnya dalam pengolahan logam.

“Indonesia tengah menargetkan produksi 10 juta ton baja pada 2025. Di samping itu, akan menghasilkan stainless steel sebanyak 4 ton pada 2019,” ungkapnya.

Menurut Airlangga, pembangunan pabrik smelter di dalam negeri berjalan cukup baik, terutama yang berbasis logam. Apalagi, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri tersebut karena termasuk dalam 10 besar negara di dunia dengan cadangan bauksit, nikel, dan tembaga yang melimpah.

Untuk pengembangan industri berbasis mineral logam khususnya pengolahan bahan baku bijih nikel, saat ini difokuskan di kawasan timur Indonesia. Misalnya, di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan dan Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara.