Jadi Negara Industri, JK Ingin RI Contoh Singapura dan China
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendorong transformasi ekonomi Indonesia dari negara agraris menjadi negara industri. Dalam bertransformasi, Indonesia perlu belajar dari negara lain di antaranya Singapura dan China.
JK memaparkan Singapura telah mengubah ekonominya dari negara pelabuhan menjadi negara yang mengandalkan industri dan jasa.
"Dulu, dia (Singapura) negara pelabuhan, terus menjadi perdagangan dan industri. Industri butuh tenaga kerja besar, makanya dia pilih jasa keuangan, jasa kesehatan. Sekarang sakit kepala ke Singapura," ujar JK di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8).
Seiring perkembangan industri, Singapura membuka peluang untuk investasi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja, termasuk dari Indonesia.
Lihat juga: JK: Ketidakpastian Ekonomi Global Terburuk Sejak Krisis 2008 Selain Singapura, China merupakan negara yang paling cepat bertransformasi. China memerlukan waktu 30 tahun untuk mengubah andalan perekonomiannya dari negara agraris ke negara industri.
Negeri Tirai Bambu itu melakukan transformasi ekonomi dengan gencar mengejar Penanaman Modal Asing (PMA). Bahkan, kata JK, China tetap membuka investasinya untuk Taiwan meski keduanya berselisih.
"Sekarang produk apapun yang kita pakai itu pasti made in China. Semua barang, termasuk yang kecil. Itu transformasi dari agraris ke manufaktur," jelasnya.
Transformasi, lanjut JK, memerlukan modal berupa teknologi dan keahlian yang dilengkapi dengan kebijakan pemerintah yang mendukung.
Lihat juga: JK Puji Strategi Perang Dagang China Lawan Serangan AS "Inti transformsi tapi bukan hanya kebijakan pemerintah, tapi semua menyeluruh. Bagaimana China dari petani jadi pengusaha, itu butuh kebijakan dengan skill," terangnya.
Sejumlah negara tetap mengandalkan perekonomiannya dari sektor agraris dan Sumber Daya Alam (SDA). Misalnya, Australia dan Amerika Serikat (AS). Namun, negara-negara itu melakukan tranformasi dari sisi efisiensi.
"Amerika juga tetap negara agraris tetapi, dulu jaman 60-an, yang kerja di pertanian 30 persen, sekarang mungkin hanya 7 persen," jelasnya.
Sebenarnya, sambung ia, Indonesia sudah mulai melakukan transformasi. Mulai dari mengubah minyak kelapa sawit menjadi minyak goreng hingga mengolah logam mineral melalui fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter).
Lihat juga: Perang Dagang Makin Suram, Peluang Resesi Global Meningkat Namun demikian, lanjutnya, transformasi itu perlu terus dilakukan. Terlebih, Indonesia saat ini masih mengimpor sejumlah komoditas.
Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memetakan proses trasformasi tersebut, meski masih ada yang berjalan lambat.
"Pertanian harus dilakukan dengan tiga tahap, agraris, agrobisnis, dan menjadi industri. Makanya, perlu kebijakan yang drastis untuk transformasi ini," tuturnya.