Bisnis.com, JAKARTA – PT Cakra Mineral Tbk. (CKRA) mencatatkan penurunan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 42,16% menjadi Rp16,56 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini dari Rp28,63 sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, Senin (30/10/2017), perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp44,33 pada periode Januari-September 2017, turun 18,87% dari Rp54,64 miliar pada periode Januari-September 2016.
Perseroan juga mencatatkan penurunan beban pokok penjualan sebesar 15,42% dari Rp59,2 miliar pada sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp50,07 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Dari sisi operasional, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sejak pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 1/2014, produk perseroan dan entitas anak (bijih besi dan zircon), belum memenuhi batas minimum yang ditetapkan dalam beleid itu.
Oleh karena itu, hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perseroan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa mendatang.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, tulis perseroan, maka manajemen akan melakukan berbagai strategi, antara lain pertama, melakukan penyertaan saham pada beberapa perusahaan yang dapat mendukung tersedianya kegiatan usaha bagi perseroan. Misalnya, pada sektor pertambangan antara lain pengangkuan dan perdagangan atas hasil pertambangan yang memiliki prospek usaha menjanjikan.
Kedua, memaksimalkan pengelolaan izin usaha pertambangan (IUP) zircon yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi zircon mengingat demand zircon yang cukup tinggi. Ketiga, memaksimalkan survei IUP eksplorasi dan mencari lahan-lahan baru yang potensial untuk ditambang serta memenuhi kebutuhan pelanggan.
Keempat, menerapkan perencanaan keuangan yang baik dari segi pengelolaan penerimaan dan pengeluaran seiring dengan peningkatan hasil produksi dan berusaha mencari investor untuk pendanaan modal kerja yang dibutuhkan.
Kelima, menjajaki berbagai peluang penjualan dalam negeri. Keenam, perseroan dan entitas anak akan lebih jauh mengurangi biaya operasi dengan melakukan efisiensi.
Adapun, perseroan masih mengandalkan penjualan pasir zirkon dan menargetkan volume produksi 600 ton hingga 800 ton dengan kandungan zircon (Zr) 65,5. Sementara, smelter feronikel perseroan di Konawe, Sulawesi Tenggara masih dalam proses pembangunan.
Dalam proyek smelter feronikel tersebut, CKRA menggandeng perusahaan asal China Zhejiang Jinfeng. Kepemilikan CKRA dalam perusahaan patungan tersebut sebanyak 50,1%. Rencananya, smelter dengan nilai investasi US$68 juta itu akan memiliki kapasitas 48.000 ton feronikel.