Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah terus mendorong penghiliran komoditas tembaga sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Indonesia merupakan produsen tambang tembaga urutan ke-11 dunia dengan produksi sebesar 600.000 ton per tahun, bahkan cadangan tembaga Indonesia berada pada peringkat ketujuh dunia dengan total cadangan terbukti bijih sebesar 857 juta ton dan cadangan logam 9 juta ton.
Namun, Indonesia berada di bawah Jepang, India, Korea Selatan, dan Bulgaria sebagai produsen smelter tembaga, padahal keempat negara ini tidak mempunyai bahan baku dari hasil tambang tembaga.
"Kapasitas smelter tembaga dunia mencapai 23 juta ton pada 2017, tapi Indonesia tidak menjadi bagian dari pertumbuhan kapasitas smelter tembaga di Asia," ujar Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan dan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif dalam webinar, Rabu (14/10/2020).
Hingga saat ini, baru dua smelter tembaga yang beroperasi di Indonesia, yakni PT Smelting di Jawa Timur dan PT Batutua Tembaga Raya di Maluku. Konsentrat tembaga kedua smelter tersebut dipasok oleh PT Freeport Indonesia, PT Amman Mineral, dan PT Batutua Kharisma Permai.
Padahal, kata Irwandy, saat ini terdapat 24 izin usaha pertambangan (IUP)/izin usaha pertambangan khusus (IUPK) dan kontrak karya operasi produksi tambang tembaga. Sebanyak 21 perusahaan lainnya, tidak bisa berjalan karena belum memiliki smelter.
Saat ini terdapat dua proyek smelter tembaga yang dalam tahap konstruksi. Pertama, smelter tembaga dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga yang akan dibangun oleh PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada 2023.
Kedua, smelter tembaga oleh PT Amman Mineral Industri di Nusa Tenggara Barat. Kapasitas inputnya direncanakan sebesar 1,3 juta ton per tahun.
"Jadi kalau smelter itu ada yang lebih nanti, maka kemungkinan besar 21 IUP/IUPK ini bangkit lagi. Ini harapan kami mudah-mudahan, kita bangun sama-sama industri tembaga Indonesia," kata Irwandy.
Di samping itu, konsumsi tembaga dunia diproyeksikan naik menjadi 14 persen pada 2025 seiring dengan berkembangnya tren kendaraan listrik, baterai, dan energi terbarukan.