Kehadiran VDNI Dinilai Mampu Atasi Masalah Pengangguran di Sultra
' />
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Tenggara (Sultra), H Syahrul Beddu, mengatakan bahwa kehadiran investasi dari mega industri PT Virtue Dragon Nickel Indonesia (VDNI) di Konawe, Sultra, memberikan dampak ekonomi yang besar terhadap masyarakat, salah satunya adalah besarnya penyerapan tenaga kerja lokal.
“Mengurangi angka pengangguran, itu pasti. VDNI mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal, sehingga pertanyaan mengenai pemberdayaan lapangan kerja dan mengatasi pengangguran saya kira terjawab,” ujar Syahrul saat dihubungi wartawan, Senin (6/7/2020).
Menurut Syahrul, selama beroperasi, VDNI mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan terserapnya sekitar 7.000 warga lokal yang sudah menjadi karyawan di sana.
Belum lagi dampak ekonomi yang lain seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan, termasuk di antaranya sektor UMKM dan pedagang yang menyediakan kebutuhan untuk karyawan perusahaan.
“Pada awal masuknya VDNI ini saya ikuti betul progresnya. Sebelum VDNI hadir, jujur saja kondisi ekonomi kita di Sultra ini pertumbuhannya sekitar 3-5%. Setelah VDNI hadir, ada kenaikan pertumbuhan ekonomi secara signifikan, persentasenya diatas rata-rata,” ujar mantan Wakil Presiden BEM di Universitas Haluoleo ini.
Selain itu, lanjut Syahrul, kedatangan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang akan membantu penyelesaian pembangunan smelter juga menguntungkan masyarakat lokal. Sebab, hadirnya TKA ini diyakini mampu memberikan transfer teknologi kepada tenaga kerja lokal.
• Kisah Putra Jenderal Polisi Hoegeng Hendak Daftar Akabri, Kecewa Hingga Gunting Kuas Lukis Ayahnya
• Fakta Lengkap Debat Panas Berujung Dirut Inalum Diusir, Anggota DPR Minta Dilibatkan Penyerahan CSR
“Nanti ada transfer penguasaan teknologi yang dibutuhkan perusahaan, seperti transfer skill, pengetahuan teknis, pengoperasian, pembangunan konstruksi pabrik, dan manfaat lain yang itu potensial didapatkan dengan hadirnya TKA,” tuturnya.
Syahrul menambahkan, dengan adanya transfer teknologi, maka ke depannya Indonesia tidak perlu lagi bergantung kepada asing terkait teknologi smelter. Sebab, masyarakat lokal di Sultra pada gilirannya akan mampu mengerjakan pekerjaan secara mandiri.
Oleh sebab itu, alasan yang selama ini dimunculkan oleh beberapa pihak saat menolak kehadiran TKA di Sultra selama ini dianggap Syahrul tidak rasional.
“Sikap saya tegas. Tidak ada alasan kita yang rasional untuk menolak hadirnya TKA,” tandasnya.