Kejar Produksi 1,5 Juta Ton, Inalum Akan Bangun Pabrik di Kaltara
Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum berencana membangun pabrik di Kalimantan Utara (Kaltara). Hal itu untuk meningkatkan target produksi aluminium hingga mencapai 1,5 juta ton di 2025.
Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan saat ini perseroan baru mampu memproduksi sekitar 250 ribu ton aluminium dari pabrik di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Aluminium yang diproduksi Inalum tidak meningkat di angka 200 ribu ton hingga 250 ribu ton. Padahal, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) ditargetkan pada 2025 produksinya bisa naik hingga 1 juta ton.
"Waktu zaman Jepang produksinya 200 ribu ton enggak nambah-nambah. Padahal sasaran jangka panjangnya sampai 2025 itu sampai 1 juta ton," katanya Budi di kantornya, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Dengan membangun pabrik baru di Kaltara, maka produksi aluminium bisa mencapai 1,5 juta ton secara bertahap pada tahun 2025. Dirinya meyakini hal tersebut dapat terwujud.
Target peningkatan produksi tersebut nantinya diperoleh dari pabrik peleburan aluminium Inalum yang ada di Kuala Tanjung, dan sebesar 1 juta ton dari pabrik yang akan dibangun di Kaltara.
"Karena disana (Kaltara) ada potensi tenaga air. Industri aluminium itu globally competitive. Daerah-daerah itu energy cost nya murah, kalau energinya mahal pasti enggak hidup dia. Jadi memang kita rencana bangun di kaltara 1 juta ton karena memang dia punya potensi pembangkit listrik tenaga air. Rencana jangka panjang kita 2025. Insya Allah," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Operasional dan Pengembangan Bisnis Inalum, Sahala Hasoloan Sijabat, menambahkan pihaknya menyiapkan dana investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 27 triliun (kurs: 13.500/US$). Dana tersebut untuk membangun pabrik dengan smelter di Kaltara dengan produksi tahap awal 500.000 ton.
Sahala menjelaskan, Pemerintah Provinsi Kaltara juga telah menyetujui adanya pengembangan investasi di sana. Untuk lahan industri disiapkan 26.000 hektare, dan 800 hektar di antaranya untuk membangun pabrik Inalum.
"Kita akan bangun smelter dan rumah kerja di sana. COD (Commercial Operation Date) 2025 sesuai target. Jadi tahap pertama 500.00 ton dulu. Nanti dilanjutkan 1 juta-1,5 juta kapasitas produksinya. Investasi awal US$ 2 miliar," jelas Sahala.
Bila tahap pertama sudah rampung, maka pengembangan pabrik selanjutnya bisa dimulai untuk bisa mengejar target produksi 1,5 juta ton.
"Kurang lebih prasarana dibangun kurang lebih butuh dana tambahan US$3 miliar lagi. Investais itu juga bergantung pada teknologi," ujarnya.