a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Kemenperin Yakin Ekspansi dan Investasi Manufaktur Bertambah di 2019

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini tahun ini para pelaku industri masih akan terus melakukan ekspansi dan investor baru pun akan datang menanamkan modalnya di dalam negeri. Hal ini didukung stabilnya kondisi ekonomi dan politik di Tanah Air.

"Jadi, outlook di 2019, kami optimis bahwa investasi akan meningkat dibanding tahun lalu. Meskipun di kuartal terakhir kemarin ada turbulence ekonomi dengan fluktuasi currency dan trade war. Tetapi sekarang terihat jelas bahwa optimisme sudah terbangun," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pada EuroCham Outlook Ekonomi dan Investasi Indonesia 2019, di Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Menperin menyampaikan, dengan kerja sama yang baik antara Kemenperin dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), beberapa investor di sektor strategis seperti industri petrokimia dan baja mulai masuk lagi ke Indonesia. "Misalnya, Lotte yang telah ground breaking, itu akan selesai pada tahun 2022 untuk menambah 1 juta ton produk plastik dan turunannya," ungkapnya.

Baca Juga:

Penanaman Modal Asing Turun Seiring Tren Ekonomi Global
Naik 4,1%, BKPM Catat Realisasi Investasi di 2018 Capai Rp721,3 T



Selain itu, kluster industri baja di Cilegon ditargetkan mampu produksi sebanyak 10 juta ton pada tahun 2025. Ini tidak terlepas adanya kolaborasi antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan sejumlah produsen baja skala global seperti Posco, Nippon Steel, Osaka Steel, dan Sango Corporation. Melalui peningkatan investasi dan ekspansi tersebut, kata Airlangga, terjadi pendalaman struktur di industri baja dan substitusi produk impor.

"Selama dua dekade lalu, investasi petrokimia dan baja ini terhenti. Nah, sekarang mulai bergerak kembali. Selain kapasitas kluster Cilegon bertambah, di kluster Jawa Timur juga terjadi dari divestasi Freeport yang masuk bikin copper smelter," paparnya.

Kemudian, lanjut dia, perusahaan-perusahaan smelter nikel di kawasan industri Sulawesi Tengah, sudah mampu melakukan ekspor senilai USD5 miliar dan mengalami kenaikan hingga 78% ke pasar Amerika Serikat.

"Inipun menunjukkan, daya saing industri di Indonesia dinilai kompetitif di kancah global. Menandakan pula bahwa minat ekspansi di sektor industri tidak hanya dari investor dalam negeri, tetapi juga luar negeri," imbuhnya.

Tahun ini, sambung dia, juga akan segera direalisasikan investasi dari sektor industri petrokimia, automotif dan baja sehingga nantinya timbul bandwagon effect terhadap investor-investor lainnya. Untuk itu, Kemenperin turut memacu perjanjian kerja sama komprehensif dengan negara-negara potensial. "Contohnya, mempercepat CEPA dengan Uni Eropa, yang akan mendorong industri automotif Jerman untuk investasi lagi di Indonesia," terangnya.

Menperin juga meyakini, prospek industri tesktil, pakaian, dan alas kaki bakal tumbuh positif pada tahun 2019. Sebab, ada beberapa perusahaan yang akan merelokasi atau memindah ordernya ke Indonesia seiring terjadi perang dagang AS-China. Kemenperin pun akan fokus menggenjot investasi di lima sektor yang menjadi prioritas dalam Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, automotif, kimia, dan elektronika.