Keran Ekspor Akan Ditutup, Bagaimana Nasib Nikel Kadar Rendah?
duniatambang.co.id - Indonesia hanya tinggal menghitung hari menuju penerapan penutupan keran ekspor nikel per 1 Januari 2020. Penerapan ini sempat membuat panik dunia terkait pasokan nikel dunia yang digadang-gadang akan krisis mengingat Indonesia termasuk pemasok nikel terbesar dunia. Namun, penutupan keran ekspor juga masih menyisakan kekhawatiran nasib nikel kadar rendah 1,4% - 1,5%.
Kekhawatiran tersebut muncul lantaran smelter-smelter dalam negeri belum menerima pengolahan untuk nikel kadar rendah 1,4% - 1,5%. Smelter-smelter yang ada mayoritas menerima nikel dengan kadar 1,8%. Untuk itu, dikhawatirkan nikel dengan kadar 1,4% - 1,5% akan menumpuk.
Nikel kadar rendah tersebut sebenarnya bisa untuk diolah namun cost yang dibutuhkan akan jauh lebih tinggi dibandingkan nikel high grade. Maka perlu pertimbangan terkait output dari pengolahan nikel kadar rendah dan tingkat keekonomisan pengolahan nikel kadar rendah tersebut.
Pengolahan nikel kadar rendah sendiri selain harus merogoh kocek lebih dalam juga memerlukan teknologi yang mumpuni. Opsi pertama yang dapat dilakukan untuk menyerap nikel kadar rendah adalah dengan proses blending pada dua kadar nikel sehingga dapat menghasilkan kadar nikel yang diterima oleh smelter kisaran 1,7-1,8%.
Blending masih menjadi opsi pertama yang dapat diambil dengan pertimbangan tingkat ekonomis dan opsi blending dapat diambil selagi belum tersedianya teknologi di dalam negeri yang dapat menyerap nikel kadar rendah.