TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – PT Inalum (Persero) dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) kembali meneken nota kesepakatan proyek Pembangunan Klaster Industri Aluminium di provinsi termuda di Indonesia. Penandatanganan kesepakatan itu dihadiri Direktur Pelaksana PT Inalum Oggy A Kosasih dan Gubernur Kaltara Irianto Lambrie.
Kaltara sebagai provinsi baru, memiliki potensi sumber daya air melimpah yang potensial bagi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dalam melakukan ekspansi pengembangan Klaster Industri Aluminium PT Inalum membutuhkan pasokan listrik yang besar. Oleh karena itu, perusahaan plat merah ini bakal melakukan kerja sama bisnis dengan salah satu investor PLTA Sungai Mentarang Malinau, PT Sarawak Energy Berhad (SEB).
Antara kedua perusahaan ini akan melakukan kerjasama business to business (B2B). Demikian yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltara Risdianto, bahwa pemerintah tetap memberikan dukungan. “MoU (memorandum of understanding) memang dibatasi waktu, sehingga kembali diperpanjang antara pemprov dengan PT Inalum. Kita melihat mereka memang punya minat yang sangat kuat untuk investasi di Kaltara. Soal kerja sama dengan informasi memang pembicaraan dengan PT Sarawak Energy Berhad sudah dilakukan, itu business to business,” katanya kepada Koran Kaltara, Selasa (6/8/2019).
Pada prinsipnya, pemerintah daerah mendukung dan mendorong setiap kerja sama yang berimbas pada peningkatan pembangunan. Terlebih jika para pemodal saling bersinergi dalam mewujudkan program strategis yang sudah disetujui hingga ke tingkat nasional. “Kami di provinsi, welcome saja kepada siapapun juga. Yang penting ingin membangun secara serius,” ujarnya.
Untuk mengetahui keseriusan para pengusaha, pemerintah juga melakukan kajian. Komitmen awal berupa MoU tidak cukup menjadi satu-satunya indikator investor tersebut serius untuk menindaklanjuti kerjasamanya. “MoU itu kita lihat dan selalu mengkaji. Apakah perusahaan yang bersangkutan betul-betul serius berminat invetasi atau tidak. Kalau Inalum kita melihat memang serius, apalagi mereka juga adalah BUMN,” sebut Risdianto.
Potensi untuk memproduksi aluminium di Kaltara sangat besar dengan pangsa pasar yang terbuka lebar. Bertambahnya kapasitas aluminium smelter, secara langsung dapat memenuhi kebutuhan domestik sebagai substitusi impor yang berdampak pada penghematan devisa. Oleh sebab itu, pemerintah berharap rencana investasi PT Inalum bisa terealisasi dan mendapat dukungan semua pihak. “Pasar untuk produksi aluminium ini besar. Hal ini tentu mendukung pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi,” terangnya. (*)