JAKARTA, investor.id - Kebijakan pembatasan sosial (social distancing) untuk meredam pandemi Covid-19 berpotensi menekan volume produksi dan penjualan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) tahun ini. Kinerja perseroan juga dipengaruhi oleh bisnis alumina dan bauksit yang belum menguntungkan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengungkapkan, penerapan social distancing akan berimbas terhadap penurunan aktivitas pabrik. Begitu juga dengan permintaan hasil tambang perseroan yang cenderung turun, seiring dengan penurunan ekonomi global akibat dampak pandemi Covid-19.
Mirae memangkas turun proyeksi volume penjualan emas Antam dari 27 ton menjadi 23 ton tahun ini. Begitu juga dengan perkiraan volume penjualan tahun 2021 yang direvisi turun dari 30 ton menjadi 24 ton. Sedangkan volume penjualan bijih nikel (nickel ore) direvisi turun dari 4 juta wet metric ton (wmt) menjadi 2 juta wmt tahun 2020.
Begitu juga dengan perkiraan volume penjualan nikel perseroan tahun 2021 dari 4 juta wmt menjadi 3 juta wmt. Petugas menunjukkan emas batangan di galeri 24 penjualan Logam Mulia di Jakarta, Senin (2/3/2020). Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Senin (2/3/2020) terpantau mengalami kenaikan sebesar Rp4.000 ke level Rp810.000 per gram. Foto: SP/Ruht Semiono Petugas menunjukkan emas batangan di galeri 24 penjualan Logam Mulia di Jakarta, Senin (2/3/2020). Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Senin (2/3/2020) terpantau mengalami kenaikan sebesar Rp4.000 ke level Rp810.000 per gram.
Proyeksi harga tersebut dipertahankan setelah pabrik di Tiongkok mulai berproduksi dan hingga adanya pengumuman produksi stainless steel. Sedangkan rata-rata harga jual emas Antam juga dipertahankan sebesar US$ 1.500 per troy ounce tahun ini dan diharapkan naik menjadi US$ 1.550 per troy ounce pada 2021.
“Rata-rata harga jual tersebut dipertahankan sejalan dengan perkiraan tingkat suku bunga The Fed yang tidak akan turun hingga di bawah 0%,” tulis Andy dalam risetnya, baru-baru ini. Terkait bisnis alumina dan bauksit, Andy mengungkapkan kemungkinan melanjutkan kerugian hingga tahun ini. Tahun lalu, segmen bisnis ini membukukan rugi bersih sebesar Rp 402,8 miliar dibandingkan dengan keuntungan mencapai Rp 103,9 miliar pada tahun sebelumnya. Antam.
Walaupun masih merugi, segmen bisnis alumina dan bauksit diperkirakan kembali menguntungkan dalam jangka panjang setelah perseroan merampungkan adaptasi bisnis. Apalagi, Antam memiliki cadangan bijih bauksit berlimpah yang bisa menopang pertumbuhan perseroan dalam jangka panjang. Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk merevisi turun target laba bersih Antam tahun ini dari Rp 1,61 triliun menjadi Rp 247 miliar. Sedangkan pendapatan juga direvisi turun dari Rp 27,65 triliun menjadi Rp 23,79 triliun.
Tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 32,71 triliun dan Rp 23,79 miliar. Penurunan target volume penjualan dan kinerja keuangan tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk memangkas turun target harga saham ANTM dari Rp 1.365 menjadi Rp 750. Namun, ANTM tetap direkomendasikan beli. Target tersebut mempertimbangkan ekspektasi perseroan mampu mempertahankan kenaikan laba bersih tahun ini. Emas Antam.
Kontribusi penjualan terbesar Antam masih berasal dari komoditas emas dengan nilai penjualan sebesar Rp 22,46 triliun pada 2019, naik 34,4% dibanding perolehan 2018 sebesar Rp 16,7 triliun. Sementara, penjualan feronikel pada 2019 senilai Rp 4,87 triliun, bijih nikel Rp 3,7 triliun, bijih bauksit Rp 758 miliar, alumina senilai Rp 547,3 miliar, perak senilai Rp 151,96 miliar, batu bara Rp 50,4 miliar, dan logam lainnya Rp 2,2 miliar. Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko mengatakan, perseroan mencatatkan volume produksi feronikel sebesar 25.713 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik 3% dari capaian 2018 dengan tingkat penjualan mencapai 24.212 TNi, tumbuh 9% secara tahunan. Sedangkan pada komoditas emas, perseroan berhasil menjual 34.016 kg, tumbuh 22% secara tahunan. Untuk komoditas bijih nikel, Antam berhasil menjual 7,6 juta wet metric ton (wmt) dengan tingkat produksi 8,7 juta wmt. Sementara komoditas bauksit turut memberikan kontribusi positif dengan produksi sebanyak 1,73 juta wmt dan penjualan 1,66 juta wmt sepanjang 2019. Adapun seiring dengan selesainya proses akuisisi keseluruhan saham PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) oleh perseroan, maka terdapat konsolidasi secara penuh laporan keuangan ICA.
Perseroan pun reklasifikasi pos keuntungan akuisisi itu, sehingga terdapat penyajian kembali laporan keuangan 2018. Pada 2019, ICA telah memproduksi alumina sebesar 104 ribu ton dengan tingkat penjualan sebesar 71 ribu ton. Perolehan tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan capaian 2018, yaitu produksi hanya mencapai 13 ribu ton dan penjualan sebesar 8 ribu ton. Perseroan menyebutkan bahwa dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp 3,64 triliun, Antam masih memiliki posisi keuangan yang solid untuk mendukung pengembangan bisnis perseroan. Petugas menunjukkan emas batangan di galeri 24 penjualan Logam Mulia di Jakarta, Senin (2/3/2020).
Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Senin (2/3/2020) terpantau mengalami kenaikan sebesar Rp4.000 ke level Rp810.000 per gram.
Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Senin (2/3/2020) terpantau mengalami kenaikan sebesar Rp4.000 ke level Rp810.000 per gram.
Salah satu bentuk kerja sama tersebut adalah kolaborasi antara Antam dengan Shandong Xinhai melalui penandatanganan perjanjian pendahuluan (head of agreement/Hoa) antara kedua pihak terkait pengembangan smelter yang telah dilakkan sebelumnya.
Rencananya, smelter tersebut akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace 4x48 megawatt berkapasitas 40 ribu TNi pada tahap pertama. Dalam HoA tersebut, para pihak akan bekerjasama dalam penyusunan studi kelayakan serta persiapan aktivitas lainnya terkait pengembangan bisnis. Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Kinerja Antam dalam Tekanan" Penulis: Parluhutan Situmorang Read more at: http://brt.st/6yCw