a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Konsorsium Cita Mineral Tunda Pembangunan Smelter Tahap II

Konsorsium Cita Mineral Tunda Pembangunan Smelter Tahap II
Konsorsium PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) masih menunda pembangunan pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit menjadi alumina tahap dua yang ditargetkan berkapasitas satu juta ton per tahun. Pinjaman yang diproyeksikan rampung pada Juli 2016 belum dapat dicairkan hingga waktu yang belum ditentukan.

Sekretaris Perusahaan Cita Mineral Yusak Pardede mengatakan, konsorsium delapan bank yang berniat memberikan pinjaman masih melakukan review terkait proyek tersebut. Konsorsium bank masih me-review secara teknis operasional smelter tahap I yang telah rampung sebelum memberikan pinjaman untuk smelter tahap II. “Kami belum tahu kapan dana dapat cair, tetapi berharap bisa tahun ini,” ungkap Yusak kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (25/8).

Menurut Yusak, sebenarnya konsorsium perseroan tinggal menunggu cairnya dana untuk memulai pembangunan smelter tahap II. Kajian tentang smelter sudah tuntas, apabila pembangunan smelter dimulai tahun ini maka proyek tersebut diperkirakan tuntas pada 2018.

Delapan bank nasional dan internasional sebelumnya telah menyatakan minat untuk mendanai proyek pembangunan smelter bauksit konsorsium Cita Mineral senilai US$ 820 juta. Perseroan merupakan pemilik 30% saham PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) sebagai pemilik smelter di Ketapang, Kalimantan Barat tersebut.

Rencananya seluruh pemegang saham WHW akan menjaminkan kepemilikan sahamnya atas WHW untuk mendapatkan pinjaman. Selain Cita Mineral, pemegang saham WHW adalah China Hongqiao Grup sebesar 55%, Winning International Group Pte Ltd sebesar 10% dan Shandong Weiqiao Alumunium & electricity sebesar 5%.

Smelter bauksit tahap I sebelumnya sudah beroperasi pada pertengahan tahun ini. Perusahaan patungan (joint venture/ JV) perseroan dengan perusahaan asal Tiongkok, sudah mengekspor smelter grade alumina (SGA) sebanyak 50.000 ton ke Shandong, Tiongkok.

Perusahaan JV tersebut, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), sampai saat ini baru memiliki pasar penjualan di Tiongkok. Yusak menjelaskan bahwa belum ada pasar tujuan ekspor lainnya.

Direktur Well Harvest Winning Alumina Refinery Li Mu Ming mengungkapkan, smelter tersebut merupakan pemurnian bauksit menjadi alumina yang berada di Kendawangan, Ketapang – Kalimantan Barat. Ekspor itu merupakan yang pertama bagi Indonesia. “Pengangkutan alumina telah dimulai sejak 1 Agustus 2016 dari terminal khusus WHW menuju tongkang,” tuturnya.

Dari tongkang selanjutnya diangkut ke mother vessel pertama tipe box berjumlah dua vesssel dengan masing-masing berapasitas angkut sebanyak 28.000 ton menuju Tiongkok. Pengangkutan alumina akan memakan waktu delapan hingga 10 hari perjalanan.

Menurut Li, bisnis alumina di Indonesia penuh tantangan, terutama dalam hal penanaman modal untuk membuat pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina. Selain lokasi pabrik yang memerlukan wilayah luas, kebutuhan listrik pabrik cukup besar yaitu 160 megaawatt (MW) untuk memproduksi hingga dua juta ton alumina.

Raih Pendapatan
Tahun ini Cita Mineral mulai meraup pendapatan setelah sebelumnya tidak dapat menjual ekspor produksi bauksitnya karena kebijakan pemerintah. Pada kuartal I, perseroan meraih pendapatan sebesar Rp 27,3 miliar, dan masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 24 miliar.

Setelah smelter tahap I perseroan Juni tahun ini tuntas, maka perseroan sudah mulai menjual produksi bauksitnya ke WHW. Tahun ini perseroan menargetkan memproduksi dan menjual sekitar 1,9 juta ribu ton bauksit untuk nantinya menjadi 600 ribu ton amunia.

Untuk memenuhi memenuhi kebutuhan pengolahan dan pemurnian amunia sebanyak dua juta ton, maka smelter membutuhkan bauksit sebanyak enam juta ton.

Perseroan menargetkan pendapatan tahun ini dapat mencapai US$ 53,8 juta, namun perseroan masih memproyeksikan menderita kerugian. Pada 2017, perseroan menargetkan pendapatan sebesar US$ 99,5 juta dengan raihan laba bersih sebesar US$ 11,3 juta. (fik)

Sumber : beritasatu.com