Konsumsi Asia Tenggara Tinggi, Harga Batu Bara Diprediksi Naik
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah anjlok hampir 30 persen pada tahun lalu, harga batu bara dunia diperkirakan pulih pada tahun ini. Sebab, tahun ini permintaan dari beberapa negara Asia Tenggara naik sementara pasokan stok terbatas.
Konsultan Perret Associates Guillaume Perret mengatakan, meski investor mengantisipasi lemahnya penyerapan pasokan batu bara karena kebijakan yang mendorong penggunaan komoditas energi yang lebih bersih, prospek jangka pendek batu bara menguat. Dia melihat adanya tanda-tanda kebangkitan harga batu bara sejak akhir tahun lalu yang mungkin akan berlanjut pada tahun ini dan menjadi awal pemulihan harga.
“Meskipun permintaan tampaknya masih akan datar dan tidak ada perubahan, tetapi adanya sinyal pasokan berubah menjadi lebih ketat, terutama di pasar Atlantik, yang bisa mendorong harga lebih tinggi,” ujar Guillaume seperti dikutip dari Reuters, Ahad 19 Januari 2020.
Tekanan pasokan datang dari kurangnya investasi di industri batu bara sehingga produsen pun kesulitan untuk mendapatkan modal melakukan proyek baru, menjaring lebih banyak pasokan.
Seperti yang diketahui, investor mendapatkan tekanan dari publik untuk melawan perubahan iklim dan meningkatkan divestasi dari aset batu bara. Saat ini semakin banyak perusahaan keuangan yang mengurangi pendanaan terhadap industri batu-bara.
Terbaru, Standard Chartered telah menarik pembiayaan untuk tiga perusahaan dalam proyek pembangkit listrik bertenaga batu bara di Asia Tenggara dengan nilai keseluruhan proyek mencapai US$7,7 miliar.