Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) menyebutkan saat ini tengah dilakukan kajian untuk masuk ke holding pertambangan. Diperkirakan masuknya perusahaan baja ini ke holding yang dipimpin oleh PT Inalum/Mind ID ini setelah perusahaan menyelesaikan beban utang.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan saat ini utang perusahaan yang jumlahnya terbilang besar ditakutkan justru malah memperburuk kondisi keuangan secara grup. Belum jelas kapan perusahaan ini akan bergabung dengan holding tersebut.
"Iya saya rasa kemungkinan besarnya ke arah sana [masuk holding], tapi kami belum pastikan kapannya. Jadi waktu dulu sepakat kalau belum sehat kita masukan kan nanti secara konsolidasi kurang baik. Nanti setelah sehat akan kita masukan," kata Silmy di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Selasa (28/1/2020).
Ia menyebutkan, rencana KRAS untuk masuk ke holding tersebut memang sudah jadi wacana sejak kepemimpinan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Namun dengan adanya peralihan kepemimpinan menteri, terdapat kebijakan baru yang dinilai akan lebih cepat dilakukan sebelum bergabung dengan holding.
"Di masa Pak Menteri, Pak Erick Thohir ini sudah digolongkan masuk ke kluster dulu, kluster-nya namanya industri dasar dan tambang, jadi sudah masuk cluster tapi belum konsolidasi. Jadi kayak rapat-rapat bulanan koordinasi sudah gabung dalam satu cluster, sebelum holding kita masuk cluster," jelasnya.
Sebelumnya dia sempat menjelaskan bahwa integrasi perusahaan dengan Inalum pada dasarnya memang langkah ideal. Ia menilai, masuknya Krakatau Steel pada holding tambang bukan hanya sebagai misi penyelamatan kinerja keuangan, tapi juga memperkuat holding itu sendiri.
"Idealnya memang seperti itu, karena ini bagian dari proses dari hulu sampai hilir, dari tambang terus kemudian smelter kemudian proses hilirisasi sampai menjadi produk baja. Inikan memang inline, jadi kita harus dukung," kata Silmy usai melaksanakan RUPS di Jakarta, Jumat (26/4/2019). (hoi/hoi)