Kurangi Ekspor Nikel, Antam Bangun 3 Smelter Rp 32 T
Jakarta, CNBC Indonesia -"Ekspansi perusahaan tahun depan banyak proyek baru. Kalau dalam peraturan pemerintah akhir Januari 2022 tidak ada ore ekspor sehingga harus selesaikan pembangunan smelter sebelum Januari 2022 biar produksi ore semua diserap smelter yang dibangun," kata Arie di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (3/12).
Dia menjabarkan, tahun depan perusahaan akan menyelesaikan pembangunan satu smelter alumina di Mempawah dengan target komersialisasi pertengahan 2019. Smelter ini memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina dengan bahan baku bauksit.
"Ekspansi perusahaan tahun depan banyak proyek baru. Kalau dalam peraturan pemerintah akhir Januari 2022 tidak ada ore ekspor sehingga harus selesaikan pembangunan smelter sebelum Januari 2022 biar produksi ore semua diserap smelter yang dibangun," kata Arie di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (3/12).
Dia menjabarkan, tahun depan perusahaan akan menyelesaikan pembangunan satu smelter alumina di Mempawah dengan target komersialisasi pertengahan 2019. Smelter ini memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina dengan bahan baku bauksit.
Untuk pembangunan smelter ini perusahaan berpartner dengan induk usahanya Inalum dan satu perusahaan asal China. Investasi di smelter ini memakan dana senilai US$ 850 juta.
Kemudian, pembangunan smelter iron dengan bahan Baku nikle kadar rendah yang berlokasi di Tanjung Buli, Halmahera. Smelter ini memiliki akan memiliki kapasitas produksi sebanyak 15 ribu ton per hari dengan target produksi dimulai pada 2021 mendatang.
Nilai investasi untuk proyek ini mencapai US$ 350 juta dan perusahaan menggandeng kerja sama dengan perusahaan asal Singapura. Dia menyebutkan bahwa penambahan kapasitas produksi di smelter ini akan dilakukan secara bertahap hingga kapasitasnya bisa menjadi 30 ribu ton/hari.
Terakhir, pembangunan smelter nikel di wilayah Sorong yang memakan biaya investasi paling besar mencapai US$ 1 miliar. Smelter ini akan memproduksi 40 ton nikel dengan produk hilirisasi stainless steel sebanyak 500 ribu/tahun.
Partner yang akan diajak membangun smelter ini nantinya akan sekaligus menjadi pemegang saham di tambang nikel miliknya. Lantaran perusahaan akan melepaskan sebagian kepemilikan sahamnya di tambang tersebut.
"Smelter di Sorong untuk upstream akan lepas saham karena ada potensni cadangan nikel besar sampai 300 juta ton di Pulau Gag. Akan jual saham dan nantinya akan digunakan untuk setor ekuitas di downstream, joint venture dengan partner bangun smelter," jelas dia.
Meski tak merinci berapa porsi kepemilikan perusahaan di masing-masing smelter tersebut, namun dia menyebutkan kebutuhan ini nantinya juga akan ditutupi dengan pinjaman dari perbankan. (hps)