Laba Bukit Asam Q1 Amblas 13%, Ternyata Ini Gara-garanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 12,63% secara year on year (YoY) pada kuartal I-2019.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arivin mengatakan penurunan penjualan dan laba bersih perusahaan pada kuartal I-2019 ini karena terjadi pelemahan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) batu bara sebesar 13% yoy. Kondisi ini berimbas cukup besar meski perusahaan berhasil meningkatkan volume penjualan.
Arviyan mengatakan terjadi disparitas harga pada kuartal I-2019 dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada Januari-Maret tahun ini ASP mencapai RP 772.044/ton, turun dari sebelumnya Rp 887.883/ton.
"Harga jual di 2018 dan 2019 ada disparitas. Rata-rata di awal 2018 Rp 887 ribuan per ton dan sekarang di kuartal I-2019 Rp 772 ribu per ton, turun 13% dari harga pasar baru bara. Tercermin di indeks HBA, ICI dan New Castle," kata Arviyan di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (24/4).
Turunnya pemasukan perusahaan juga dipengaruhi oleh harga jual batu bara ke PT PLN (Persero) yang sudah diatur menggunakan skema Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban memasok kebutuhan barang dalam negeri, dengan harga batas atas US$ 70/ton.
Aturan DMI yang mulai diberlakukan akhir Maret 2018 ini menyebabkan kondisi harga jual di 3 bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu berbeda.
Selain itu, tahun ini perusahaan juga mengakui akan mengalami peningkatan stripping ratio hingga 4,8x karena produksi batu bara kalori tinggi. Hingga Maret lalu, stripping ratio mulai meningkat menjadi 4,3x dari posisi akhir Maret tahun lalu yang sebesar 4,2x.
Stripping Ratio adalah perbandingan antara volume masa batuan yang dibongkar atau lapisan tanah penutup, dengan batu bara yang diambil.
Namun demikian, dia mengakui bahwa selama 3 bulan pertama tahun ini perusahaan mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 8% dari 5,28 metrik ton menjadi 5,70 metrik ton.
Volume penjualan juga naik 5,6% dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar 6,30 metrik ton naik menjadi 6,65 metrik ton.
Adapun target produksi sepanjang tahun ini mencapai 27,26 metrik ton.
Pada kuartal I-2019, PTBA mencatat penurunan laba bersih sebesar 22,63% yoy menjadi Rp 1,13 triliun dari kuartal I-2018 yakni Rp 1,45 triliun.
Penurunan laba tersebut sejalan dengan pendapatan yang juga turun 7,16% menjadi Rp 5,33 triliun, dari pendapatan perusahaan di kuartal I-2018 yang senilai Rp 5,74 triliun.
Strategi Tahun ini, Bukit Asam bakal membidik penjualan batu bara kalo tinggi ke pasar dalam negeri, terutama smelter yang berlokasi di wilayah timur Indonesia. Penjualan batu bara high kalori di domestik ini akan mulai pada April ini.
Dalam kesempatan tersebut usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) itu, Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidilah mengatakan potensi penyerapan batu bara dengan kalori mulai dari 6.100 kkal di dalam negeri cukup tinggi.
"Coba masuk ke domestik di smelter yang dibangun di Sulawesi, sudah masuk dan kalau berhasil trial ini serapannya akan besar. Kalau diserap domestik akan prioritaskan penjualan di dalam negeri. April ini mulai," kata Adib.
Hingga kuartal I-2019 ini perusahaan sudah melakukan penjualan batu bara high calorie ini sebanyak 500.000 ton, dengan target hingga akhir tahun sebanyak 3,8 juta ton. Pasar yang sudah ada saat ini antara lain Jepang dengan pasar baru adalah Taiwan, Malaysia, Filipina dan Sri Lanka.
Perusahaan juga menargetkan kontribusi pendapatan di luar penjualan batu bara dapat meningkat hingga 30% di 2023 mendatang. Saat ini kontribusi pendapatan lain-lain ini masih sebesar 4% hingga kuartal I-2019.
Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria mengatakan pendapatan lain-lain saat ini berasal dari usaha kelapa sawit dan pembangkit listrik. Pendapatan dari usaha ini ditargetkan dapat terus bertumbuh sejalan dengan meningkatnya kinerja anak usaha.
"Pendapatan lain-lain 4% ke depan bisa terus tumbuh. besarnya setelah jadi Sumsel 8 dan gasifikasi kita harapkan di 2023 pendapatan bisa 30%," kata dia.