Luhut Janji Benahi Tata Niaga dan Harga Nikel, Tapi..
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan kembali menekankan pentingnya hilirisasi dan setop ekspor nikel RI.
Ia menjelaskan, RI sudah memiliki banyak smelter dan bisa menghasilkan nilai tambah lebih banyak ketimbang harus ekspor biji mentah ke luar negeri. "Tahun ini akan US$ 7 miliar, tahun depan bisa US$ 12 miliar dan 2024 bisa sampai US$ 30 miliar," kata Luhut saat dijumpai di Gedung DPR, Senin (9/9/2019).
Nilai investasi sebesar itu, kata dia, didapat karena RI mulai membangun mata rantai pasokan nikel termasuk lithium battery yang dalam 5 tahun ke depan bisa menggenjot nilai tambah lebih banyak.
"Yang salah di mana, selama ini kita ekspor itu barang ke mana? 98% itu ke China, saya ulangi yah 98% ke China, kita cuma ekspor saja bawa tanah yang isinya timah. Dan satu ton tanah itu belum tentu dapat 1 kilogram timah, jadi berapa juta ton sudah berpuluh-puluh tahun kita ekspor," jelasnya.
Terkait pembenahan tata niaga, Luhut juga menegaskan janji bahwa harga akan diatur oleh pemerintah. "Tidak diatur oleh yang sudah punya smelter, kamu yang sudah bangun smelter kita akan beli dengan aturan pemerintah," kata Luhut.
Tapi, lanjutnya, ia minta para pengusaha tambang itu menyelesaikan juga proyek smelternya. "Selesaikan smelter itu, bangun smelter kan cuma 2 tahun ini kan sudah lebih dari 2 tahun. Sebenarnya apa yang terjadi kenapa diulur-ulur?"
Menurutnya, ekspor nikel mentah ke luar negeri hanya bikin enak para penambang tapi tidak enak buat negara. "Karena tidak ada pajak bertambah, lapangan kerja, dan seterusnya. Jadi kalian yang muda saya ingin beri tahu kita jangan dibohongin."