Mengerem Langkah Akuisisi, MIND ID Fokus Kerjakan Proyek Hilirisisasi
Holding industri pertambangan BUMN, Mining Industry Indonesia (MIND ID) mengaku bakal mengerem akuisisi dalam waktu dekat ini. MIND ID dan anak-anak usahanya memilih fokus untuk mengerjakan sejumlah proyek peningkatan nilai tambah atau hilirisasi.
Senior Vice President Corporate Secretary MIND ID Rendi Witular mengatakan, setelah mengambil alih mayoritas saham PT Freeport Indonesia pada Desember 2018 dan merampungkan proses divestasi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada Juni lalu, MIND ID belum berencana kembali melakukan akuisisi. Baik dalam bentuk pengambil alihan saham maupun akuisisi lahan tambang. RelatedPosts Wijaya Karya Kembali Tunda IPO Anak Usaha Hingga Juli 2020, Kinerja IPC Hanya Turun 10,5 Persen Pemerintah Siapkan Perppu Hadapi Krisis untuk BI, LPS dan OJK
“Nggak ada, belum ada rencana (akuisisi),” kata Rendi
Terlebih, MIND ID pun tak berminat terhadap empat perusahaan yang bakal melakukan divestasi pada tahun ini. Asal tahu saja, ada empat perusahaan mineral yang bakal mendivestasikan sahamnya kepada entitas Indonesia. Keempat perusahaan tersebut memiliki kewajiban divestasi saham dengan porsi yang berbeda.
Pertama, PT Natarang Mining. Perusahaan komoditas emas itu memiliki kewajiban divestasi saham sebesar 22%. Kedua, PT Ensbury Kalteng Mining (emas) yang memiliki kewajiban divestasi saham sebesar 44%.
Ketiga, PT Kasongan Bumi Kencana (emas) yang memiliki kewajiban divestasi saham sebesar 19%. Keempat, PT Galuh Cempaka (komoditas intan) dengan kewajiban divestasi sahamnya sebesar 31%. Namun, MIND ID tidak tertarik untuk menyerap saham dari keempat perusahaan mineral tersebut. “Kami tidak tertarik dan tidak ada pembahasan terkait itu,” kata Rendi.
Dia bilang, saat ini pihaknya lebih fokus di segmen hilir yaitu dengan mengerjakan sejumlah proyek hilirisasi supaya bisa rampung sesuai target. Paling tidak, ada enam proyek hilirisasi yang menjadi prioritas MIND ID dan anak-anak usahanya.
Pertama, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek PT Inalum (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) ini sedang dalam tahap pengerjaan early work (pematangan lahan) dan penyelesaian Engineering Design, dan ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2023.
Kedua, proyek upgrading atau peningkatan teknologi tungku reduksi smelter dan refinery alumina milik PT Inalum (Persero). Proyek yang ditargetkan bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 30 Ktpa aluminium ini dijadwalkan rampung pada tahun 2022.
Ketiga, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan. PLTU ini merupakan proyek PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang memiliki kapasitas 2 x 621,72 MW dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2022.
Keempat, proyek smelter feronikel (FeNi) Antam. Konstruksi smelter berkapasitas 13.500 ton Ni ini sebenarnya sudah mencapai 97,98%. Namun, jadwal operasional smelter ini molor lantaran belum memiliki pasokan listrik. Kelima, proyek smelter tin ausmelt di Bangka Barat. Proyek PT Timah Tbk ni memiliki kapasitas 40.000 ton crude tin yang ditargetkan bisa beroperasi tahun depan.
Keenam, smelter tembaga dan Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Proyek smelter senilai US$ 3 miliar ini rencananya memiliki Fasilitas PMR yang ditargetkan bisa beroperasi Kuartal IV-2022 serta smelter tembaga yang ditargetkan rampung Kuartal IV-2023. “Sudah jalan semua (pengerjaan proyek sesuai tahapannya). Kita saat ini fokus ke penyelesaian proyek-proyek hilirisasi,” pungkas Rendi.