AKURAT.CO, Pasca tercapainya kesepakatan antara pemerintah dan PT Freeport Indonesia terkait dengan 3 isu besar yaitu perubahan izin dari kontrak karya menjadi IUPK, pembangunan smelter hingga tahun 2022 dan divestasi saham freeport mencapai 51 persen. Masyarakat masih dibuat bingung terkait siapa yang akan membeli saham freeport tersebut.
Pemerintah belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait dengan pembelian saham Freeport tersebut. Spekulasi bermunculan untuk membeli saham freeport tersebut pemerintah melakukan berbagai cara diantaranya mulai dari holding BUMN, melibatkan Investor Swasta nasional, Cukong, hingga melibatkan kan keuanganan negara dan Perbankkan.
Menanggapi spekulasi yang bermunculan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B Pandjaitan menjelaskan bahwa sumber dana pembelian saham tersebut bisa diambil dari berbagai sumber. Menurutnya bukan hal yang sulit untuk mendapatkan saham freeport yang masih tersisa.
"Banyak kalau sumber pendanaan. barang jadi itu kan, belum tahu dari mana aja," ujar Menko Luhut saat ditemui di Jakarta, Senin sore kemarin (11/9).
Menurut Luhut masyarakat tidak perlu khawatir dengan permasalahan dana untuk mengakuisisi saham freeport tersebut. Bahkan jika memungkinkan pemerintah bisa memasukkan rencana mengakuisisi saham freeport dalam anggaran APBN tahun 2018 mendatang.
"Ya bisa aja kan, nanti gampang itu," tambah Luhut.
Sementara itu, terkait dengan rencana mengakuisisi saham Freeport dengan menggunakan andil dari holding BUMN, yang sampai saat ini belum ada kejelasan. Menko Luhut menegaskan pemerintah sedang mengupayakan. Ia meminta masyarakat agar bersabar dan tidak berspekulasi atas gonjang-ganjing isu freeport.
"Lagi dibuat, lagi dikerjain. enggak bisa juga satu hari jadi," tandasnya.
Sebagai informasi saat ini penerimaan negara dari Freeport masih relatif lebig kecil dari dari cukai rokok hal ini sebagai mana diungkap oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam berbagai kesempatan.
Pendapatan negara dari Freeport hanya mencapai Rp8 triliun pertahun masih kalah jauh dari yang jumlahnya mencari Rp139,5 triliun. Sementara ini nilai jual Freeport mencapai USD20 miliar masih kalah dibanding dengan beberapa perusahaan lainnya seperti, PT Telkom yang mencapai USD29 miliar, Bank Central Asia mencapai USD29 miliar dan BRI yang mencapai USD21 miliar.