Menko Luhut Tegaskan Larangan Ekspor Nikel Tak Untungkan China
AKURAT.CO Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan larangan ekspor nikel per Januari 2020 tidak menguntungkan China.
Seperti diketahui sebelumnya pakar ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengatakan, kebijakan itu dianggap telah mencederai kedaulatan Indonesia sekaligus memenangkan China dalam persaingan mobil dunia.
“Bukan untuk kepentingan pihak atau negara tertentu, tetapi berlaku untuk ekspor ke semua negara,” kata Luhut saat kunjungan ke Hannover, Jerman, baru-baru ini.
“Tidak tepat jika dikatakan kebijakan tersebut akan menguntungkan China,” tegasnya seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Justru, kata Luhut, China akan rugi jika tidak bisa lagi mengimpor bijih nikel dari Indonesia. Karena China pada 2025, telah menargetkan 35 persen kendaraan mereka sudah beralih ke mobil listrik.
“Inilah yang mendorong beberapa perusahaan mereka untuk mengikuti kebijakan pemerintah dengan membuat smelter di Indonesia,” tegas Menko Luhut.
Indonesia saat ini sedang memulai pengembangan industri kendaraan bermotor listrik. Hilirisasi nikel dapat menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk menjadi pemain berkelas dunia.
“Dengan membangun smelter di dalam negeri, saya yakin Indonesia bisa jadi pemain kelas dunia karena ikut berperan dalam menentukan harga dunia,” katanya.
Menurutnya yang terjadi selama ini justru China yang diuntungkan dengan kebijakan Indonesia mengekspor bahan mentah.
“Dengan mengekspor bahan mentah, China malah diuntungkan dengan harga beli yang murah. Sekarang kita atur agar Indonesia punya smelter sendiri, agar negara ini juga mendapat nilai tambah dari sumber daya alam kita sendiri,” paparnya.
Luhut berharap dengan kebijakan larangan ekspor ini, Indonesia bisa menentukan harga nikel dunia.
“Kok malah dibilang menguntungkan China? Saya minta semua ini dilihat secara jernih, melihat masalah ini secara menyeluruh tidak sepotong-sepotong,” jelasnya. []