Menteri ESDM Sebut Hilirisasi Jadi Kunci Optimalkan Produk Minerba
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan saat ini hilirisasi di sektor mineral dan batubara (minerba) merupakan kunci pengoptimalan dari produk-produk pertambangan minerba.
Adapun hal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk tidak lagi melakukan ekspor bahan mentah.
"Di sektor (pertambangan) ini memang kalau mau dioptimalkan jalannya adalah hilirisasi, bagaimana kita bisa memanfaatkan bahan-bahan mentah ini menjadi produk-produk lanjutan yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Ini yang harus kita lakukan, meningkatkan nilai tambah dengan hilirisasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (24/9/2020).
Menurutnya, kebijakan hilirisasi ini harus direspon dengan industri-industri hilirnya. Pasalnya, industri pendukung inilah yang akan menampung hasil dari produk yang sudah di hilirisasi.
"Kita harus merespons kebijakan hilirisasi itu dengan industri-industri hilirnya, industri hilirnya inilah yang harus kita kembangkan untuk menampung ini," paparnya.
Dalam undang-undang minerba yang baru, Arifin mengatakan sudah disyaratkan harus ada program hilirisasi sehingga setiap produk pertambangan minerba harus diproses lebih lanjut. Misalnya untuk produk batubara, bisa diproses menjadi sintesis gas untuk produk-produk petrokimia, ditingkatkan nilai kalorinya agar dapat digunakan untuk industri-industri baja.
Ia juga menambahkan hilirisasi nantinya akan menjadi andalan untuk meningkatkan penerimaan negara di samping pajak dan batubara. Gasifikasi batubara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga.
Sementara untuk mineral, terdapat tembaga, nikel, emas, timah, bauksit dan aluminium. Adapun seluruhnya merupakan bahan baku industri-industri berat yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri.
"Produk-produk tersebut baru separuh jalan saja sudah menghasilkan devisa yang besar. Misalnya untuk nikel, dari produk ini sudah didapat devisa sebesar US$ 10 miliar. Penerimaan dari mineral ini akan terus bertambah besar seiring tumbuhnya industri hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah itu," pungkasnya.
Sebagai informasi, kebijakan hilirisasi produk-produk pertambangan merupakan kebijakan strategis nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan penerimaan negara. Di tahun 2022, Kementerian ESDM memproyeksikan terdapat 52 unit smelter yang akan beroperasi, terdiri dari 29 smelter nikel, 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan, serta 4 smelter seng dan timbal.