Nikel Sentuh Level Tertinggi di Tengah Perlambatan Ekonomi China
Bisnis.com, JAKARTA - Nikel mencapai level tertingginya tahun ini pada perdagangan Selasa (16/7/2019) meskipun dibayangi perlambatan data pertumbuhan ekonomi China, negara konsumen logam terbesar di dunia.
Pada perdagangan Selasa (16/7/2019) hingga pukul 15.06 WIB, harga nikel di bursa London menguat 1,74% menjadi US$13.902,5 per ton. Pada pertengahan perdagangan, nikel sempat menyentuh level US$13.960 per ton, level tertinggi dalam tahun ini. Adapun, sepanjang tahun berjalan nikel telah bergerak menguat 29,32%.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa kenaikan harga nikel global masih disebabkan oleh sisi pasokan yang diproyeksikan defisit hingga beberapa tahun ke depan.
“Akan tetapi risiko penurunannya adalah masih dari sisi permintaan, tercermin dari angka industrial production China dan turunnya GDP China pada kuartak kedua tahun ini. Oleh karena itu, kami perkirakan harga nikel global sepanjang pekan ini akan diperdagangkan mix,” ujar Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (16/7/2019).
Selain itu, sementara ekonomi China menunjukkan beberapa tanda stabilisasi, investor masih menunggu langkah kebijakan pemerintah yang lebih jelas untuk mendukung ekonomi Negeri Panda tersebut.
Kepala Ekonom Asia di Bloomberg Economics Chang Shu mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi China akan berlanjut, meskipun terdapat beberapa data yang berhasil dirilis positif.
“Tanda-tanda stabilisasi muncul dari kenaikan belanja infrastruktur, tetapi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi baru bisa dirasakan beberapa bulan setelahnya,” papar Chang Shu seperti dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, investor juga tengah menanti pidato beberapa pejabat The Fed pada pekan ini untuk mencermati kemungkinan besaran suku bunga acuan yang akan dipangkas oleh The Fed pada akhir bulan ini.