Nilai Tambah 85 Kali Lipat, Industri Pengolahan Bauksit Dipacu
KETAPANG. Kementerian Perindustrian mendorong percepatan industri pemurnian dan pengolahan bauksit menjadi alumina. Salah satu daerah yang tengah mengembangkan industri ini ialah Kalimantan Barat.
Bauksit merupakan bahan mentah yang diolah menjadi Smelter Grade Alumina (SGA) dan selanjutnya menghasilkan alumunium ingot . Aktivitas pengolahan bernilai tambah ini bermuara pada industri antara dan hilir seperti kabel, pipa, alat rumat tangga, konstruksi, furnitur, alat olah raga, otomotif dan bahkan memasok industri aviasi alias penerbangan.
Selain itu, bauksit dapat diolah menjadi chemical grade alumina yang dimanfaatkan untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, keramik dan plastic filler. Sehingga, industri ini menggerakkan industri lain yang menyerap tenaga kerja, memberikan pendapatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar, menggerakkan ekonomi daerah dan pendapatan devisa.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu saat mengunjungi refinery atau fasilitas pemurnian bauksit yang menghasilkan alumina milik PT Well Harvest Winning di Ketapang, Kalimantan Barat, Kamis (21/4/2016).
"Saya sengaja berkunjung dan berkeliling untuk melihat sendiri bagaimana progress proyek dan realisasi investasi. Investor sangat serius dan berorientasi jangka panjang meningkatkan nilai tambah. Jadi, yang bisa kita percepat, aksn kita lancarkan karena dampaknya riil dan luas,” katanya.
Fasilitas pemurnian ini tepatnya berlokasi di Sungai Tengar, Mekar Utama, Kendawangan, Kabupaten Ketapang. Jika menggunakan perjalanan darat dari ibukota Kalbar, Pontianak, mencapai 17 jam atau sekira 480 km. Ketapang merupakan salah satu dari 14 kawasan industri yang tengah dikembangkan Kemenperin dengan konsentrasi pengolahan alumina.
Kemenperin menghitung, nilai tambah industri bauksit berlipat-lipat dibanding bahan mentah. Kalkulasinya, bijih bauksit sebanyak 6 ton yang sekitar USD 3,85 per ton (nilai penjualan USD 23,1) menghasilkan metallurgical grade bauxite (MGB) sebanyak 3 ton yang harganya USD 38 per ton (nilai penjualan USD 114).
Dari 3 ton MGB tersebut jika diolah maka menghasilkan SGA sebanyak 1 ton yang nilainya USD 325 per ton. "Jika dibandingkan dengan bahan mentah bauksit maka terjadi peningkatan nilai tambah hampir 85 kali lipat," ujar Menperin.
Gubernur Kalimantan Barat Cornelis menegaskan dukungan pemerintah provinsi karena proyek ini berkontribusi pada pemanfaatan potensi daerah. "Proyek ini memotivasi dan menambah kepercayaan diri kami untuk mengembangkan sumber daya alam dan meningkatkan kemampuan SDM," ujarnya.
Well Harvest berinvestasi total USD 1,2 miliar, setara Rp 15, 8 triliun. "Investasi itu hanya untuk refinery saja. Jika berlanjut ke smelter maka investasi lebih tinggi lagi. Begitu juga benefitnya," kata Wakil Direktur Well Harvest Ronald Sulistyanto.
Proyek terbagi dua tahap dan sampai akhir April nanti, realisasi investasi mencapai Rp 8,8 triliun. Well Harvest dimiliki oleh pemegang saham yaitu PT. Cita Mineral Investindo Tbk (30%), China Hongqiao Group Ltd (56%), Winning Investment (HK) Ltd (9%), Shandong Weiqiao Aluminium & Electricity Co., Ltd (5%).
Perseroan juga membangun pembangkit listrik 160 MW untuk kebutuhan sendiri, yang terdiri 4x25 MW dan 2x30 MW.
Industri pemurnian (refinery) ini merupakan industri pengolahan bauksit pertama atau pionir yang menghasilkan Smelter Grade Alumina (SGA) di Indonesia. Hasilnya untuk memasok ke Inalum di Kuala Tanjung Sumatera Utara dan juga diekspor.
Ronald memperkirakan aktivitas produksi smelter ini akan menghasilkan devisa USD 765 juta per tahun. Dengan kurs dollar AS sebesar Rp 13.200, perolehan itu setara Rp 10,1 triliun. Sementara, penghematan devisa juga dapat diraup hingga USD 85 juta saban tahun.
“Pohon industri SGA sangat luas dan proyek ini berlokasi di daerah terpencil yang dapat mendorong percepatan dan perluasan pembangunan daerah di sekitarnya,” katanya. Proyek pemurnian ini akan menghasilkan SGA 2 juta ton per tahun yang ditargetkan beroperasi dan diresmikan pada Mei 2016. Proyek ini juga memiliki pelabuhan untuk keperluan sendiri dengan kapasitas dermaga 6x8000 DWT dan telah dilengkapi 5 unit crane.
KAWASAN INDUSTRI Lebih lanjut Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mendorong Well Harvest mengembangkan kawasan industri pada tahap selanjutnya.
"Jadi di area tersebut dapat memungkinkan produksi industri turunan. Misalnya bisa langsung membuat blok logam dan lain-lain," paparnya.
Ketapang, lanjut Putu merupakan cluster alumina bersama Kuala Tanjung, Sumut. Lokasi Ketapang juga strategis karena termasuk jalur lalu lintas laut internasional sehingga mempercepat ekspor.