JAKARTA, investor.id – Orias Petrus Moedak resmi diangkat menjadi direktur utama PT Inalum (Persero), menggantikan Budi Gunadi Sadikin. Tugasnya utamanya membangun holding BUMN industri pertambangan kelas dunia dan menyukseskan program hilirisasi industri bahan tambang mineral di Tanah Air. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, rapat umum pemegang saham PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) telah mengesahkan Orias Petrus Moedak sebagai direktur utama (dirut) yang baru.
Orias menggantikan Budi Gunadi Sadikin, yang ditunjuk menjadi wakil menteri BUMN I pada Kabinet Indonesia Maju. “Pak Budi Sadikin telah meletakkan pondasi holding (induk perusahaan) industri pertambangan dan membangun sinergi antaranggota holding dengan baik. Saya berharap Pak Orias dapat melanjutkan tongkat estafet dan mengejar target-target yang harus dicapai, khususnya terkait hilirisasi bahan tambang dan membangun perusahaan industri pertambangan kelas dunia,” kata Menteri Erick Thohir dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (25/11).
Erick Thohir Erick Thohir Erick mengatakan, dengan didukung Budi Sadikin yang kini sebagai wamen BUMN yang membina industri pertambangan, ia yakin transisi kepemimpinan di PT Inalum sebagai perusahaan produsen aluminium maupun sebagai holding BUMN industri pertambangan akan berjalan mulus. Orias diharapkan terus mempertahankan aspek good corporate governance (GCG) yang selama ini sudah baik. Holding BUMN industri pertambangan tersebut dibentuk pada 29 November 2017. Sebagai induk perusahaan adalah Inalum, dengan anggota holding adalah PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Freeport Indonesia.
Induk perusahaan tersebut belakangan telah bertransformasi menjadi Mining Industry Indonesia (MIND ID). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, harga saham produsen emas PT Antam Tbk tercatat meningkat pascapembentukan holding, dari Rp 665 per saham pada 29 November 2017 menjadi Rp 815 pada 25 November 2019, atau menguat 22,56%. Sedangkan harga saham PT Timah Tbk melemah, dari Rp 845 per saham menjadi Rp 785, atau menurun 7,1%. Orias Petrus Moedak Orias Petrus Moedak Sementara itu, Orias Petrus yang lahir di Kupang, NTT, pada 26 Agustus 1967 itu sebelumnya pernah menjabat sebagai wakil direktur utama PT Freeport Indonesia. Orias juga bukan orang baru di lingkungan BUMN, ia sebelumnya menjabat direktur keuangan PT Inalum .
Orias juga pernah menjabat direktur keuangan PT Bukit Asam Tbk tahun 2017-2018. Sebelum itu, Orias menjabat sebagai direktur utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III pada 2016-2017 dan Direktur Keuangan PT Pelindo II pada 2014-2016. Sebelum bekerja di BUMN, Orias pernah bergelut di sektor swasta, termasuk di sektor pasar modal. Orias pernah menjadi direktur corporate finance PT Bahana Securities pada 1994. Selain itu, direktur PT Reliance Sekuritas Tbk, managing director head of Indonesia coverage Daiwa Capital Markets Singapura Limited pada 2010, managing director PT Danareksa Sekuritas, dan senior auditor Ernst &Young pada 1992.
Akan Akuisisi Vale Saat ini, Inalum yang merupakan induk holding industri pertambangan sedang dalam proses mengakuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk, yang memproduksi nikel. Nikel ini merupakan bahan tambang strategis, yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri baja maupun baterai untuk kendaraan listrik, yang menjadi program pemerintah Indonesia ke depan. Struktur holding Inalum Struktur holding Inalum Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, pemerintah menetapkan Orias menjadi direktur utama Inalum, karena dinilai memiliki kemampuan yang mumpuni untuk memimpin holding BUMN industri pertambangan itu.
“Dirutnya Pak Orias, komut (komisaris utama) belum ada, tetapi komisarisnya tambah satu yaitu Arya Sinulingga. Pak Orias ditunjuk sebagai dirut lantaran memiliki kemampuan yang sangat bagus di bidang pertambangan. Tak hanya itu, pribadinya juga dinilai lurus dan kata Pak Erick Tohir akhlaknya oke,” ucapnya ketika ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/11). Di tempat yang sama, Orias mengaku baru menerima surat keputusan (SK) penetapan dirinya sebagai direktur utama Inalum pada Senin (25/11). Surat keputusan tersebut diberikan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Orias mengatakan, dirinya akan menjalankan amanah sebagai direktur utama Inalum, sesuai dengan program yang sudah dikerjakan sekarang. Dia juga akan melanjutkan dan merampungkan beberapa pekerjaan yang masih diproses oleh Inalum, salah satunya adalah merampungkan transaksi akuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk.
“Kan ada beberapa hal yang dilakukan oleh Inalum, ya kami amankan, seperti transaksi Vale akan diselesaikan. Kemudian hal lain, melanjutkan yang sudah ada sesuai dengan visi dan misi dari Inalum,” ujar Orias. Inalum sebagai holding tambang yang beranggotakan Bukit Asam, PT Timah Tbk, Antam, dan Freeport Indonesia, hingga akhir Juni lalu, membukukan pendapatan sebesar Rp 38,01 triliun. Ini naik 27,34% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 29,85 triliun. Sedangkan laba yang dibukukan Rp 579,05 miliar, turun signifikan dari laba periode yang sama tahun lalu Rp 5,4 triliun.
Dana Bank US$ 500 Juta Pabrik karbon Inalum Pabrik karbon Inalum Inalum telah menandatangani Perjanjian Pendahuluan akuisis saham Vale dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining (SMM) pada 11 Oktober lalu. Inalum juga telah memperoleh sindikasi perbankan senilai US$ 500 juta untuk mendanai akuisisi saham sebesar 20% itu. Direktur Operasional Inalum Ogi Prastomiyono menjelaskan, sindikasi ini berasal dari tiga bank, yaitu MUFG, Bank Mandiri, dan ICBC. Pihaknya tinggal menarik dana ini untuk merampungkan akuisisi. Proses akuisisi ditargetkan rampung paling lambat pertengahan 2020 mendatang.
“Itu (US$ 500 juta) anggaran kami, valuasinya di bawah itulah. Tetapi, kami anggarkan US$ 500 juta,” ujar dia. Pihaknya masih harus merampungkan dokumen sales purchase agreement, share holders agreement, dan off taker agreement. Dia menyebut, pertengahan Desember nanti ada penandatanganan dokumen Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA). “Jadi, ada CSPA dulu, itu diharapkan Desember pertengahan selesai. Realisasi semua paling lambat Juni tahun depan,” ujarnya.
Sementara itu, terkait target kinerja tahun depan, Ogy mengaku pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) belum rampung. Namun, dengan melemahnya harga komoditas tambang, ia mengakui, target produksi perusahaan tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini. “Saya belum bisa bilang angkanya, tapi more or less sama kayak tahun ini. Karena faktor harga ya, makanya masih stagnan,” ujar Ogi.
Ogi merinci, untuk produksi batu bara oleh Bukit Asam tetap akan sama seperti tahun ini. Sampai September lalu, Bukit Asam mencatatkan produksi batu bara sebesar 21,6 juta ton, naik 10% dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu 19,6 juta ton. Inalum Inalum Hal yang sama terjadi untuk produksi tambang dari Antam.
Pasalnya, lanjut dia, adanya larangan ekspor bijih nikel membuat Antam belum bisa memaksimalkan produksinya. Apalagi, Antam juga baru mengoperasikan Smelter Pomala untuk menampung produksi. “Smelter Antam lainnya juga baru akan beroperasi di akhir 2020. Di sisi lain, kami akan mendorong penjualan emas agar bisa mendongkrak pertumbuhan penjualan,” paparnya. Dalam keterangan resminya, Antam mencatatkan volume produksi feronikel sampai akhir kuartal ketiga lalu sebesar 19.052 ton nikel dalam feronikel (Tni). Sedangkan total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai 1.485 kg atau 47.743 ounces. (es/ant/en) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Orias Diminta Bangun Perusahaan Kelas Dunia" Penulis: Retno Ayuningtyas Read more at: https://investor.id/business/orias-diminta-bangun-perusahaan-kelas-dunia