RMco.id Rakyat Merdeka - PT Antam menyambut baik dukungan Kementerian BUMN agar perseroan bisa mengelola lahan bekas tambang Freeport di Papua.
“Kesempatan itu menjadi prospek yang baik bagi Antam, sebagai bagian dari Holding Industri Pertambangan MIND ID untuk memperkuat portofolio komoditas emas,” ungkap Senior Vice President (SVP) Corporate Secretary Antam Kunto Hendrapawoko kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia menuturkan, selama ini perseroan telah mengelola komoditas emas dari hulu ke hilir. Eksplorasi dilakukan Antam antara lain menggarap tambang emas di Pongkor (Bogor) dan Cibaliung (Pandeglang).
Kemudian, perseroan juga melakukan pengelolaan emas, di Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, yang dikelola Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia.
“Saat ini, kapasitas produksi dari tambang emas Antam ada di kisaran dua ton per tahun,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, untuk menjaga kesinambungan jumlah sumber daya dan cadangan mineral yang dimiliki, pihaknya selalu mengedepankan operasi sesuai dengan prinsip-prinsip penambangan yang baik.
Termasuk melaksanakan eksplorasi di wilayah prospek serta di beberapa daerah IUP (Ijin Usaha Pertambangan) eksisting, guna memastikan kesinambungan operasi jangka panjang.
“Kami juga meninjau beberapa daerah prospek (tambang emas) seperti di wilayah Pegunungan Bintang, Papua dan Papandayan di Jawa Barat,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir menyesalkan Antam sebagai perusahaan tambang pelat merah, tidak memiliki tambang sendiri.
Oleh sebab itu, dia ingin Antam mengelola tambang bekas PT Freeport Indonesia di Papua.
“Sangat menyakitkan. Kita lihat prospek emas ini menjadi supply yang besar, dalam kondisi seperti ini harga emas sangat baik. Jadi, kita (harus) beranikan diri masuk ke lahan eks Freeport itu,” ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa (22/9).
Erick ingin Antam tak hanya mengandalkan bisnis perdagangan emas tapi juga mengelola tambang mineral sendiri.
Dia mengungkapkan, dirinya sudah menyampaikan Keinginan agar Antam mengelola tambang Freeport kepada Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Erick juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) agar alokasi yang sudah diberikan Freeport kepada negara, diprioritaskan kepada perusahaan pelat merah.
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga menegaskan, tambang bekas Freeport yang dimaksud Menteri BUMN bukan di area Grasberg.
“(Yang benar) Blok Wabu,” katanya singkat kepada Rakyat Merdeka.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengingatkan, ada bekas tambang Freeport di Grasberg sudah tidak prospektif lagi.
Sebab, tambang itu sudah tidak ada lagi aktivitasnya. Bahkan, saat ini tengah dilakukan restorasi atau pemulihan lingkungan. Menurutnya, daripada melakukan penambangan, Antam sebaiknya difokuskan membangun smelter.
Pasalnya, selama ini konsentrat hasil tambang lebih banyak diekspor daripada diolah di dalam negeri. “Kalau nggak bisa kuasai hulu, mendingan fokus di hilir. Bangun smelter. Kelola konsentrat di dalam negeri,” sarannya. [IMA]