Jakarta – PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 67 miliar dari perolehan laba bersih sepajang tahun 2019. Keputusan pembagian dividen Antam sendiri telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).
Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin disebutkan, pembagian dividen Rp 67 miliar merupakan 35% dari laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2019. Pemegang saham juga menyetujui laba ditahan sejumlah Rp126 miliar atau 65% dari laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2019.
Kata Anton Herdianto, Direktur Keuangan Aneka Tambang, tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 1,5 triliun. Nantinya, capex tersebut utamanya akan digunakan untuk menyuntik modal anak usaha, proyek pengembangan, eksplorasi, investasi anak usaha, dan investasi rutin. Meski demikian, Anton mengatakan saat ini ANTM sedang mempertimbangkan untuk merevisi alokasi capex tahun ini. “Jadi, kami saat ini sedang merevisi jumlah besaran capex sehubungan dengan wabah Covid-19,” ujarnya.
Di kuartal pertama tahun ini, perseroan telah merealisasikan capex sebesar Rp 180 miliar. Sementara Senior Vice President Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko menambahkan, capex tahun ini akan difokuskan untuk melanjutkan dan menyelesaikan proyek-proyek hilirisasi yang telah diinisiasi sebagai bagian dari upaya pengembangan usaha jangka panjang.
Antam berfokus dalam penyelesaian dengan mengedepankan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam belanja modal terkait dengan pelaksanaan proyek-proyek pengembangan utama ANTM yaitu Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan Pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah.
Direktur Operasi dan Produksi Antam, Hartono mengatakan, per April 2020 progress pembangunan P3FH mencapai 97,96%. Terkait dengan pengerjaan listrik di proyek tersebut, pada 24 Januari 2020 ANTM telah meneken nota kesepahaman (memorandum of understanding atau MOU) dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pengisian listrik. Daya listrik saat ini yang telah tersedia sebanyak 12 megawat (mw) yang berasal dari pembangkit listrik di sekitar proyek. Hartono memperkirakan, proyek ini baru bisa beroperasi penuh tahun depan dengan estimasi pengerjaan konstruksi dan instalasi listrik selama 15 bulan.
Sementara untuk proyek SGAR di Mempawah, hingga saat ini persiapan yang telah dilakukan meliputi pembuatan kantor dan camp pekerja, dimana progressnya sudah 90% dan direncanakan sudah siap di akhir bulan ini. Untuk tahap pembukaan lahan (Land clearing) sudah mencapai 92% sementara konstruksi jalan juga sudah berjalan dan pengerjaannya mencapai 40%. “Harapannya, akhir tahun ini persiapan lahan sudah siap, atau paling tidak awal 2021 sudah mulai kosntruksi pabriknya,”ujarnya.