BANGKA BARAT – PT Timah Tbk mulai mewujudkan rencana pembangunan smelter sebagai upaya untuk mengolah cadangan yang dimiliki. Smelter yang mengadopsi teknologi Ausmelt tersebut berkapasitas 40 ribu ton per tahun.
"Proyek pembangunan smelter baru ini direncanakan selesai dalam waktu 19 bulan," kata Corporate Secretary PT Timah Tbk, Abdullah Umar saat peletakan batu pertama pembangunan smelter baru berteknologi EPCC TSL Furnace Ausmelt di Muntok Bangka Barat, Kamis (30/1), dilansir dari Antara.
Ia mengatakan, pembangunan tanur pengolahan pemurnian ini dibangun pada lahan seluas 2,1 hektare di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Abdullah mengatakan teknologi terbaru dipilih ini dalam pembangunan proyek ini. Untuk itu, PT Timah menggelontorkan investasi hingga sebesar US$80 juta. Pendanaannya menggunakan skema Export Credit Agency (ECA) dengan Finvera dari Finlandia dan Indonesia Exim Bank.
Dalam pertemuan dengan Wika pekan lalu, Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Tbk Alwin Albar mengatakan teknologi tersebut dipilih lantaran cadangan timah yang dimiliki perusahaan terus berkurang setelah ditambang sejak ratusan tahun lalu.
Dengan teknologi yang ada saat ini, kondisi cadangan timah alluvial yang sudah berkurang tersebut tak lagi ekonomis. Teknologi baru yang dipilih, lanjutnya, memungkinkan perusahaan mengolah deposit batuan inti (primary rock) dengan kadar timah yang lebih rendah.
“Kita bangun ini karena masa depan mineral lebih sulit, kalau dulu Indonesia kaya sekali, di permukaan saja ada timah. Tetapi, sekarang kondisi depositnya tidak sebanyak dulu. PT Timah mempersiapkan ini untuk mengolah mineral yang dari batuan,” katanya.
Menilik laman PT Timah, pada 2018 perusahaan memiliki cadangan sebanyak 415,35 ribu ton. Jumlah cadangan ini terbesar dalam periode 2014–2018.
Sama halnya cadangan, pada 2018 produksi PT Timah tertinggi pada periode yang sama. Pada tahun tersebut, PT Timah memproduksi 22,21 ribu ton sn dari tambang di laut dan 22,3 ribu ton dari tambang yang di darat.
Pembangunan proyek ini dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Wika) sebagai bentuk sinergi BUMN. Juga, sebagai salah satu proyek strategis dari MIND.ID, induk BUMN tambang.
"Dalam pelaksanaannya, kami sangat menekankan sekali soal safety dan kami percaya Wika dengan kerjasama kita semua dapat menyelesaikan ini," katanya.
Direktur Operasional Wika Bambang Pramojo, menyampaikan apresiasinya kepada PT Timah yang telah mempercayakan pengerjaan proyek ini kepada pihaknya. Rencananya proyek ini akan diselesaikan dalam waktu 19 bulan sehingga tahun 2021 nanti sudah bisa dioperasionalkan.
"Kami bangga menjadi bagian dari mewujudkan mimpi besarnya PT Timah untuk menjadi produsen timah nomor 1 di dunia, dan proyek ini cukup menjadi tantangan bagi kami karena harus diselesaikan dalam 19 bulan dengan standar kualitas yang bagus dan standar safety, dan ini bukan waktu yang lama. Tapi kami yakin dengan kerja sama semua pihak ini dapat diselesaikan," katanya. (Fin Harini)