FAJARONLINE.CO.ID, MAKASSAR -- Peluang investasi tambang di Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat besar. Sayangnya, pasokan listrik yang ada masih cukup terbatas.
Salah satu yang menjadi potensi besar, yakni tambang nikel dan cobalt. Kedua bahan tambang itu menjadi galian utama dari PT Ceria Nugraha Indotama (CNI). Saat ini, perusahaan itu baru beroperasi menggali nikel dan mengekspornya dalam bentuk mentah.
Manager Infrastruktur dan Project Development PT CNI, Dhani Rosa Pratama menjelaskan, kebutuhan listrik untuk pabrik smelter yang bakal dibangunnya di Kolaka mencapai total 350 Megawatt. Pasokan yang saat ini tersedia baru setengahnya saja, yakni sekira 100 Megawatt. Tentu saja, pasokan itu belum bisa menggerakkan mesin-mesin berkapasitas besar yang bakal ditempatkan di kompleks CNI.
"Kami ditargetkan untuk menyelesaikan pembangunan kompleks pengolahan nikel dan cobalt tahun 2021. Apalagi, penambangan nikel sendiri sudah mulai berjalan namun masih menghasilkan bijih nikel yang diekspor ke China," terang Dhani.
Jika pasokan listrik dari PLN sudah terpenuhi, ia memastikan hasil pengolahan nikel bakal semakin membuahkan investasi yang jauh lebih besar. Secara jangka panjang, CNI juga menggadang-gadang pengolahan tambang cobalt yang tentunya juga membutuhkan daya listrik sangat besar.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi Bagian Selatan I Putu Riasa menjelaskan, pasokan energi listrik itu diupayakan melalui interkoneksi listrik dari Sulsel ke Sultra.
Kebutuhan dasar untuk menjalankan berbagai perusahaan besar juga berasal dari energi listrik. Kebutuhan itu tentu menjadi hal mendesak bagi untuk dipenuhi PLN. Tak heran, PLN UIP Sulbagsel menyiapkan interkoneksi saluran transmisi 150 kilovolt dari Wotu (Sulsel) ke Kendari (Sultra).