JAKARTA. Relaksasi aturan ekspor mineral mentah akan mulai berlaku Januari tahun depan. Dimulainya aturan ini berpeluang mendongkrak kinerja emiten tambang. Salah satu emiten yang berpotensi mengalap berkah adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Analis NH Korindo Raphon Prima mengatakan, pendapatan ANTM turun sejak 2014 karena ada larangan ekspor bijih nikel. "Relaksasi ini memberi keuntungan untuk ANTM, khususnya dari kontribusi nikel," kata Raphon, akhir pekan lalu.
Sehingga kontribusi pendapatan dari bijih nikel kemungkinan dapat lebih tinggi seperti pada sebelum tahun 2014 lalu. Belum lagi dengan adanya komitmen beberapa perusahaan yang akan membangun smelter feronikel di dalam negeri, tentu konsumsi bijih nikel tidak hanya lari ke pasar luar.
Raphon mengatakan, ANTM telah meningkatkan kapasitas produksi feronikel lewat pembangunan smelter feronikel keempat dengan kapasitas 13.500 ton. Smelter ini akan akan meningkatkan kebutuhan bijih nikel dalam negeri untuk dijadikan feronikel.
Feronikel merupakan produk turunan dari bijih nikel dan baja. ANTM memiliki tiga smelter feronikel dengan kapasitas 26.000 ton per tahun.
Analis Ciptadana Sekurities Kurniawan Sudjatmiko mengatakan, kinerja ANTM masih tumbuh di setiap kuartal tahun ini, terutama dari sisi laba. Biaya operasional ANTM menurun 10% menjadi Rp 559 miliar dari Rp 623 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini.
"Laba ANTM tumbuh melalui efisiensi yang terbilang berhasil," kata Kurniawan.
Pada kuartal tiga, ANTM membukukan laba bersih Rp 38 miliar. Angka ini jauh membaik ketimbang kerugian bersih Rp 1,03 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan ANTM masih menurun 28,7% jadi Rp 6,44 triliun dari Rp 9,04 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu.
Tapi, ekspansi gerai penjualan emas ritel berpeluang mengerek volume dan pendapatan ANTM ke depan. Ini terlihat dari penjualan emas yang meningkat 62% menjadi 2,68 ton dari kuartal tiga tahun lalu 1,66 ton emas.
Penjualan feronikel pun naik 92,4% menjadi 4.003 ton, dari 2.081 ton pada periode sama tahun lalu. Kinerja ANTM berpotensi terus membaik dengan efisiensi yang berhasil dan selesainya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x30 MW di Pomalaa.
PLTU ini akan makin menghemat pemakaian bahan bakar ANTM. Raphon memperkirakan, ANTM bisa mengantongi pendapatan Rp 9,18 triliun dengan laba Rp 210 miliar tahun ini. Tahun depan, pendapatan akan mencapai Rp 10,2 triliun dan laba Rp 234 miliar.
Kurniawan merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 965 per saham. Raphon merekomendasikan buy ANTM dengan target harga Rp 1.030 per saham. "Target ini berdasarkan EV/EBITDA 22,4 kali pada akhir Desember 2017," ungkap dia. Saat ini, ANTM diperdagangkan pada EV/EBITDA 21,6 kali.
Analis Bahana Securities Muhammad Wafi menyebut, dari sisi teknikal, saat ini saham ANTM masih bergerak di atas level Rp 890 per saham dengan resistance Rp 916- Rp 940. Dia merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 895 per saham.
Selasa (27/12), saham ANTM ditutup turun 0,58% ke Rp 850 per saham.