Pembangunan Smelter Bauksit Bintan Alumina Indonesia Capai 62,5 Persen
Bisnis.com, JAKARTA - Konstruksi pembangunan refinery alumina PT Bintan Alumina Indonesia telah mencapai 62,5 persen.
Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia yang juga selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengeloka (BUPP) KEK Galang Batang Santoni mengatakan saat ini sedang dilakukan konstruksi pembangunan refinery alumina dengan kapasitas produksi 2 juta ton/tahun. Baca juga: Ini Upaya Kementerian ESDM Agar Pembangunan Smelter Tepat Waktu
"Saat ini progres pembangunan yang sudah mencapai 62,5%. Akhir tahun 2020 akan terealisasi secara bertahap sebesar 1 juta ton/tahun," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (30/1).
Total nilai investasi pembangunan refinery alumina tersebut mencapai Rp9 triliun. Menurutnya, dengan memproduksi alumina 2 juta ton/tahun akan memberikan kontribusi Rp7,5 triliun pada produksi nasional 2021. Selain itu impor alumina juga dapat ditekan.
Pada tahap kedua 2022 - 2027, akan dibangun smelter aluminium 1 juta ton/tahun dan power plant 18 x 150 MW secara bertahap dan ditargetkan akan dimulai pada 2022, setelah refinery beroperasi dengan kapasitas penuh.
"Jika KEK Galang Batang beroperasi penuh, maka industri yang ada akan mengolah bijih bauksit menjadi bubuk alumina, untuk kemudian diproses menjadi aluminium ingot," katanya.
Santoni menuturkan target akhir pembangunan KEK Galang Batang adalah kapasitas produksi 2 juta ton/tahun alumina, 1 juta ton/tahun aluminium ingot, tenaga listrik 2.850 MW, dan fasilitas pendukung lainnya.
Adapun total investasi keseluruhan mencapai Rp 36 triliun hingga tahun 2027.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tengah mengembangkan industri yang sejalan dengan program Pemerintah melalui pengolahan bijih bauksit menjadi alumina.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan industri smelter bauksit ini diharapkan dapat memberi nilai tambah untuk perekonomian nasional dan secara bertahap dapat memenuhi kebutuhan nasional akan alumina hingga produk turunannya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi bauksit nasional saat ini mencapai 40 juta ton per tahun. Jika bijih bauksit itu diolah di dalam negeri menjadi alumina, maka nilai tambah yang dihasilkan mencapai 5 kali lipat dibanding jika bauksit tersebut diekspor dalam bentuk bahan mentah.
"KEK Galang Batang ini diharapkan bisa segera mengolah bauksit menjadi alumina dan aluminium, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk hilirisasi dan nilai tambah industri," ucapnya.
Adapun KEK Galang Batang yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2017 dan beroperasi pada Desember 2018 telah menunjukan progress pembangunan yang signifikan.
SUMBER DAYA MANUSIA
Sekretaris Dewan Nasional KEK Enoh Suharto Pranoto mengapresiasi program pengembangan sumber daya manusia (SDM) di KEK Galang Batang.
Dalam mempersiapkan proses produksi dan penyiapan SDM lokal, PT Bintan Alumina Indonesia mengirim pekerja-pekerja muda Indonesia untuk mendapatkan pelatihan Business Process di Nanshan University, Shandong, China.
Program pelatihan diselenggarakan 1 tahun diikuti 60 tenaga kerja PT BAI dengan latar belakang pendidikan elektro, mekatronika, kimia, dan instrumentasi yang merupakan lulusan beberapa universitas ternama di Indonesia dengan 15% di antaranya merupakan masyarakat Kepulauan Riau.
Pelatihan tersebut akan dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan menghasilkan pekerja andal di bidang industri yang nantinya akan mengabdi di KEK Galang Batang dan mampu menjadi knowledge and skill agent yang dapat diikuti dan dilanjutkan oleh tenaga kerja lokal lainnya.
KEK Galang Batang dikelola oleh PT Bintan Alumina Indonesia. Dengan Iuas lahan sebesar 2.333,6 ha, diperkirakan dapat menyerap 23.200 tenaga kerja pada 2020. Kegiatan utama yang akan dikembangkan di KEK ini adalah industri pengolahan bauksit dan logistik.