Jakarta - Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat PT Freeport Indonesia di Gresik saat ini baru mencapai 2,4%. Smelter tersebut nantinya memiliki kapasitas input 2 juta dry metric ton (dmt) konsentrat Cu per tahun dan kapasitas output 460.000 katoda tembaga.
"Pembangunan smelter Freeport Indonesia 2,4%," kata Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Capaian pembangunan smelter terbesar di PT Primier Budidaya dan PT Sumber Baja Prima masing-masing 100%. Kemudian disusul oleh PT Kapuas Prima Coal untuk komoditas konsentrat timbal dan seng masing-masing 81,13% dan 13,54%.
Selanjutnya, pembangunan smelter PT Sebuku Iron Lateritic Ores untuk konsentrat besi sudah mencapai 56,29%, disusul oleh pembangunan smelter PT Rusan Sejahtera untuk konsentrat besi 14,77%, PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk konsentrat tembaga 10,10%, dan PT Smelting untuk konsentrat lumpur anoda 4,63%.
Selanjutnya, untuk pembangunan smelter nikel yang sudah 100% adalah milik PT Aneka Tambang Tbk, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Trimegah Bangun Persada, PT Gane Permai Sentosa, dan PT Mulia Pasific Resources.
Untuk smelter bauksit yang sudah mencapai 100% adalah milik PT Aneka Tambang Tbk dan PT Cita Mineral Investindo.