JAKARTA -- Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral tambang atau smelter di Gresik, Jawa Timur oleh PT Freeport Indonesia dipastikan bakal molor. Semula,groundbreaking pembangunan smelter senilai 2,3 miliar dolar AS ini akan dimulai pada Juli 2016.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot menyebutkan, hingga saat ini pemerintah memiliki keyakinan bahwa pembangunan smelterini bakal molor. Namun, Bambang menegaskan bahwa apabila Freeport beritikad baik untuk memulai pembangunan dan ada pembelanjaan dana atas hal itu, pemerintah memberikan kelonggaran untuk pencairan dana jaminan sebesar 20 juta dolar AS.
"Juli yang jelas groundbreaking nggak jadi karena nggak sampai. Kalian tanya Freeport apa alasannya," kata Bambang saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (23/6).
Pihak Freeport, kata dia, sebetulnya sudah meminta pemerintah mencairkan dana untuk membangun smelter yang disimpan di rekening penampungan. Total dana yang diajukan oleh Freeport sebesar 20 juta dolar AS atau setara dengan Rp 264 miliar sejak 12 April lalu. Bambang menyebutkan, hingga saat ini sudah ada beberapa jenis pencairan dana yang dilakukan oleh pemerintah kepada Freeport atas pembelajaan dalam proyek smelter.
"20 juta (dolar AS) kalau pembelanjaan nggak ada, ya tetap tidak dicairkan. Yang penting ada realisasi, invoice untuk itu. Ada yang sudah (dicairkan), ada yang belum. Tapi pegang prinsipnya dong, kalau sesuai dengan peruntukannya ya dicairkan," katanya.
Sejak 2015 lalu, Freeport telah menyetor dana jaminan kepada pemerintah yang mencapai 115 juta dolar AS. Dana ini sengaja diminta oleh pemerintah agar Freeport mau melanjutkan proyek pembangunan smelter tembaga di Gresik. Uang jaminan ini juga sekaligus menjadi syarat bagi Freeport untuk bisa tetap menjalankan ekspor konsentrat. Sebetulnya dana itu baru boleh dicairkan lagi apabila Freeport telah merampungkan pembangunan smelter.
Sementara itu, saat dikonfirmasi pihak Freeport mengakui molornya jadwal pembangunan smelter Gresik. VP Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih merampungkan pengadaan lahan, dengan menyelesaikan masalah administrasi dan teknis. Tak hanya soal lahan, Riza juga menyebutkan bahwa uang simpanan yang diminta Freeport sebesar 20 juta dolar AS juga tak kunjung dicairkan oleh pemerintah.
"Lahan belum ready (siap). Dana juga belum dicairkan oleh pemerintah," katanya.