Pembangunan furnace 4 Vale Indonesia (INCO) mundur ke kuartal II-2021
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terdampak Covid-19, rencana pembangunan ulang tungku alias furnace 4 milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bakal mundur ke tahun 2021.
Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto mengatakan dengan proyek pengerjaan yang akan memakan waktu lama hingga lima bulan dan membutuhkan pekerja hingga 1.000 orang, maka di tengah pandemi ini proyek tersebut lebih baik mundur. Mengingat ada juga kendala dari material dan jasa kontraktor.
"Dengan memperhitungkan kondisi pandemi dan masih belum tahu ujungnya kapan iyu jadi salah satu pertimbangan memundurkan furnace 4 ke kuartal II-2021," jelas Bernardus, Rabu (29/7).
Dengan mundurnya proyek pembangunan ulang tersebut, Vale justru dapat meningkatkan kapasitas produksi. Sebab Vale Indonesia masih bisa beroperasi dengan empat furnace meski dengan hati-hati. Di furnace 4 yang tidak jadi dibangun ulang tahun ini, Vale Indonesia harus menggunakan daya rendah agar tidak memperparah kondisi tungkunya.
"Keputusannya mengarah pada memundurkan tidak di kuartal IV-2020 tahun ini, tetapi tahun depan. Asumsikan terjadi produksi 2020 ini akan lebih besar dari yang diproyeksikan sebelumnya karena kita masih beroperasi dengan empat furnace," kata Bernardus.
Adapun target produksi nikel dalam matte tahun ini ditetapkan sekitar 71.000 ton. Hingga semester I-2020, jumlah produksi yang terealisasi sebesar 36.315 ton.
Sementara itu proyek investasi smelter di Pomaala dan Bahadopi masih sesuai dengan target keputusan investasi atau final investment decision (FID) pada kuartal I-2021. Meski tak dipungkiri dalam proses diskusi dengan partner maupun upaya proses perijinan mengalami kendala di tengah kondisi saat ini.
Di paruh kedua ini, Vale Indonesia berharap dengan produksi yang diproyeksikan lebih baik dan adanya tren perbaikan harga maka kinerja INCO di tahun ini secara keseluruhan bisa lebih baik.
Dari sisi biaya, Vale Indonesia diuntungkan dengan penurunan komponen biaya utama seperti turunnya harga komoditas lain yaitu batubara dan diesel. Selain itu Vale juga menargetkan efisiensi biaya (cost saving) hingga US$ 33 juta-US$ 35 juta.