a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Pemberlakuan New Normal Jadi Sentimen Positif bagi IHSG dan Rupiah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak menguat pagi ini. Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, Senin (8/6), IHSG langsung melesat 52,579 poin (1,06 persen) ke 5.000,361. Seluruh indeks sektoral menguat, dengan penguatan paling tinggi dipimpin sektor aneka industri 3,78 persen.


Rupiah pun demikian. Nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat. Mengutip data Bloomberg, kurs rupiah terhadap dolar hari ini dibuka di Rp 13.877,50 atau naik 217,50 poin (1,54 persen).

Pergerakan IHSG dan rupiah sudah kinclong sejak sepekan lalu. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdulllah, mengatakan penguatan yang terjadi pada IHSG dan rupiah karena dipicu banyak faktor.

Pertama, melimpahnya likuiditas di pasar keuangan global seiring program stimulus yang dilakukan di Amerika dan banyak negara maju. Kedua, mulai dibukanya perekonomian di beberapa negara yang memunculkan ekspektasi positif pasar, termasuk Indonesia.

"Keputusan pemerintah untuk mulai melonggarkan perekonomian atau new normal juga memberikan harapan dan meningkatkan kepercayaan pasar," katanya kepada kumparan, Senin (8/6).


Terakhir, beberapa indikator makro seperti inflasi dan stabilitas sistem keuangan juga memberikan keyakinan terhadap pasar. Dukungan kebijakan pemerintah dan otoritas yang cukup responsif terhadap wabah COVID-19 juga menjadi faktor pendorong.


Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang juga berpendapat, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja IHSG sepekan kemarin hingga pagi ini. Salah satunya adalah investor asing yang mulai banyak membeli saham.

Sepekan lalu, IHSG menguat cukup tajam sebesar 4,91 persen disertai net buy investor asing sebesar Rp 3,16 triliun. Di awal pekan ini, ada peluang cukup besar IHSG akan melanjutkan tren penguatan seiring tajamnya kenaikan Dow Jones Industrial Average DJIA sebesar 3,15 persen akibat bagusnya data tingkat pekerjaan yang jauh di atas perkiraan ekonom, serta penguatan EIDO sebesar 2,58 persen di tengah terus bertambahnya jumlah korban yang terjangkit dan tewas akibat COVID-19, apalagi jika PSBB direlaksasi.

"Naiknya harga komoditas seperti minyak 4,41 persen, batu bara 1,44 persen, tin 2,52 persen, nikel 0,96 persen, dan minyak sawit 1,23 berpotensi menjadi katalis pendorong penguatan IHSG serta saham berbasis komoditas tersebut dalam perdagangan Senin ini," jelasnya.


Rencana pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp 1,48 triliun dan SBN bruto Rp 1,53 triliun mendorong penguatan IHSG.
IHSG, bursa efek

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3).

Sedangkan Analis Pergerakan Kedaulatan Rakyat, Gede Sandra berpendapat, tidak ada yang istimewa dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belakangan ini. Penguatan yang terjadi adalah pergerakan rupiah hanya mengikuti tren dunia.
Dia menjelaskan, selama sebulan terakhir terjadi pelemahan mata uang USD terhadap mata-mata uang kunci dunia, seperti Euro (EUR), Poundsterling (GBP), Dollar Australia (AUD), dan Singapura Dollar (SGD).

Menurut Gede, semakin panasnya situasi politik dalam negeri AS (Black Live Matters) dalam sebulan terakhir juga menyebabkan USD ikut melemah terhadap mata-mata uang negara tetangga kita di ASEAN, di luar Singapura. Sebut saja terhadap Ringgit Malaysia (MYR), Bath Thailand (THB), dan bahkan Filipina (PHP).

“Selain itu, yang menyebabkan rupiah perkasa belakangan adalah karena “doping” pinjaman dalam mata uang dolar AS yang dilakukan selama 2 bulan terakhir yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan BUMN-BUMN," kata dia.
Dia juga menilai jika penerbitan SBN oleh pemerintah hanya akan membebani APBN di masa mendatang.

Ruang Perawatan RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3). Foto:

Bisa Ambruk Jika Penderita Corona Bertambah
Dengan positifnya pasar saham sepekan lalu, Edwin dan Piter memprediksi IHSG bisa kembali ke level 5.600 hingga 5.800. Sedangkan rupiah, menurut Piter, akan stabil cenderung menguat di kisaran Rp 13.500 sampai Rp 13.750.

Meski begitu, laju penguatan rupiah dan ISHG bisa ambruk jika pelonggaran PSBB mulai hari ini, terutama di Jakarta, menyebabkan bertambahnya jumlah penderita COVID-19 dan memasuki fase gelombang kedua.

Hingga Minggu (7/6), Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat penderita positif COVID-19 mencapai 31.186 atau bertambah 671 orang. Sedangkan yang sembuh 10.498 atau bertambah 591 orang dan meninggal 1.851 orang.
"Jadi dengan asumsi tidak ada second wave ya. Kalau terjadi second wave, semuanya bubar. Rupiah dan IHSG bisa kembali melemah," terangnya.