a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Pemerintah Akselerasi Pembangunan Smelter Freeport US$2,8 Miliar

Jakarta – Pemerintah terus melakukan sinkronisasi peraturan antara kementerian dan lembaga agar mampu mendorong daya saing industri manufaktur di Tanah Air. Salah satu upaya yang sedang digenjot adalah percepatan pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter PT Freeport Indonesia.

“Progres pembangunan smelter Freeport sudah sesuai jadwal, tetapi kami ingin proyek ini bisa lebih cepat walaupun sebenarnya line pertamanya ditargetkan bisa berproduksi pada tahun 2022,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, sebagaimana disalin dari siaran resmi.

Agus menuturkan, untuk memacu percepatan pembangunan smelter Freeport yang dibangun di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur tersebut, pemerintah terus melakukan sinkronisasi regulasi, misalnya tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

“Harus ada aturan-aturan yang mendukung di antara kementerian, seperti aturan berkaitan dengan Amdal, sehingga itu harus kami sinkronkan agar izin lingkungan bisa dikeluarkan lebih cepat,” ujarnya.

Menperin Agus mengungkapkan, percepatan proyek pembangunan smelter yang membutuhkan dana investasi sekitar 2,8 miliar dollar AS tersebut, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk terus memacu daya saing industri dalam negeri melalui peningkatan nilai tambah sumber daya alam atau hilirisasi industri.

“Banyak produk hilirisasi yang bisa kami kejar agar di Indonesia bisa ada pabrik-pabrik yang nanti akan menggunakan hasil (pemurnian) dari Freeport. Nilai tambahnya kami dorong,” ungkapnya.

Smelter Freeport yang dibangun di atas lahan 100 hektare itu diproyeksikan mampu menghasilkan produk hilir, antara lain 550 ribu ton per tahun katoda tembaga, 1,3 juta ton terak,150 ribu ton gipsum, serta 6.000 ton lumpur anoda per tahun. “Tentunya ditargetkan dapat mempercepat proses hilirisasi logam tembaga dan emas, sekaligus tumbuhnya industri hilir produk tembaga, seperti industri kabel, aquapipe dan semikonduktor,” imbuhnya.

Kemenperin memproyeksikan, industri smelter tembaga masih sangat dibutuhkan untuk mengolah konsentrat tembaga dan anode slime yang mengandung emas. Terlebih, saat ini konsumsi tembaga nasional mencapai sebesar 500 ton per tahun, dan terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan, serta perkembangan kendaraan listrik.

Saat ini, industri dalam negeri mampu menghasilkan konsentrat tembaga sebanyak 3 juta ton per tahun, baik di Timika, Papua maupun di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Konsentrat tersebut baru terserap sebesar 30% oleh smelter tembaga dengan kapasitas 300 ribu ton per tahun.

Selain itu, smelter Freeport diproyeksikan menghasilkan pula produk utama sebesar 30 hingga 60 ton emas per tahun dengan konsumsi dalam negeri sebanyak 10 ton emas. Sedangkan sisanya akan diekspor. Lalu, turunan lain yang dapat diproduksi juga oleh smelter di Gresik adalah 120 ton logam perak.

Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter PT Freeport Indonesia dapat beroperasi lebih cepat, meskipun target yang dipatok pada 2022 dinilai sudah cukup baik.

“Tadi kita rapat yang dipimpin Menko bidang Kemaritiman Bapak Luhut Panjaitan, kita ingin supaya proyek smelter Freeport itu bisa lebih cepat. Walaupun sebenarnya line pertama dari Freeport pada 2022 itu bisa akan produksi,” kata Menperin.

Agus memaparkan pemerintah tengah mencari cara agar waktu pengoperasian smelter yang telah menghabiskan biaya 151 juta dolar AS tersebut dapat segera diwujudkan. Untuk itu, menurut Agus, perlu adanya aturan-aturan yang saling mendukung di kementerian terkait, antara lain aturan yang berkaitan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Amdal di KLHK itu punya cara sendiri untuk mengeluarkan perizinan untuk industri. Itu yang harus kita sinkronkan agar izin itu bisa dikeluarkan Kementerian LHK lebih cepat,” ujar Agus.

Agus juga mendukung hilirisasi dari proyek Freeport, sehingga seluruh produksinya dapat bernilai tambah dan memberikan manfaat lebih, terutama dari industri hilir yang dihasilkan. Diketahui, pembangunan smelter Freeport dilakukan di atas lahan seluas 100 hektar, yang membutuhkan anggaran sebanyak 3 miliar dolar AS. Kapasitas smelter tersebut bisa mengolah 2 juta ton konsentrat tembaga, dan ditargetkan akan beroperasi pada 2022.